Dua Cara Jitu Bahagia di Dunia dan Selamat di Akhirat

Sekalipun dia seorang penjahat, dia tidak ingin anak keturunannya mewarisi perbuatannya. Itulah fitrah manusia, yang sesungguhnya senang kepada kebaikan

Oleh: Sholih Hasyim

TAHUN 2005, di bulan Ramadhan, alkisah, ada seorang pencuri kerudung di sebuah swalayan di kota Surabaya. Sang pencuri akhirnya tertangkap Satpam dan digebuki massa beramai-ramai. Namun betapa mengagetkan, tatkala dalam penjelasannya, ia mengatakan, terpaksa melakukan karena ingin melihat dua putrinya bahagian di saat Hari Raya Idul Fitri. Ia mengaku tak ingin menanggung malu jika pulang tanpa membelikan baju baru di bulan Suci itu.

***
Apapun profesi dan status sosial seseorang, mereka semua merindukan kehidupan yang berbahagia di dunia ini dan berlanjut pada kehidupan nanti. Kehidupan dengan keadaan dan sistem waktu lain yang pasti terjadi.

Sekalipun dia seorang penjahat, dia tidak ingin anak keturunannya mewarisi perbuatannya. Itu berarti fitrah manusia, senang kepada kebaikan yang dikenali hati (al-Ma’ruf) dan benci kepada kejahatan yang diingkari hati (al-Munkar). Ia berharap bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Karena dipaksa oleh keadaan tertentu, ia berbuat jahat. Itupun demi kebahagiaan orang-orang terdekatnya. Sekalipun ia merasa ada gugatan batin (nafsu lawwamah) atas perbuatannya.

Ada sebagian orang yang berpandangan, manusia hidup dunia ini akan berbahagia manakala semua kebutuhan jasmani dan rohaninya terpenuhi. Mulailah orang mendaftar kebutuhan-kebutuhan lahir dan batin tersebut. Kebutuhan jasmani : makan dan minum dengan kenyang, pakaian yang cukup, hidup enak, tidur nyenyak, tempat tinggal yang layak, kebutuhan seksual dan kesehatan. Kebutuhan rohani : kasih sayang, rasa aman, harga diri, kebebasan, keberhasilan, rasa ingin tahu terpuaskan.

Doa sapu jagat (memuat cakupan yang luas) yang sering menjadi doa banyak orang adalah mendambakan sukses di dunia dan akhirat.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah (2) : 201).

Doa diatas menghimpun segala kebaikan/kenikmatan dunia dan menjauhkan segala kerumitannya. Karena kebaikan itu mencakup segala permintaan di dunia, seperti kesehatan, rumah yang luas, kendaraan, istri shalihah, rezeki, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, perjalanan yang mudah, pujian dan reputasi yang baik.

Sedangkan kebaikan di akhirat, lebih tinggi dari itu. Misalnya, masuk surga beserta implikasinya berupa keselamatan dari ketakutan yang sangat hebat dan kemudahan hisab. Adapun keselamatan dari neraka menuntut kelancaran dari berbagai sarananya ketika di dunia ini, seperti menjauhi berbagai perkara yang diharamkan, dosa, perkara syahwat dan syubhat dan haram.

Al-Qasim Abu Abdurrahman berkata, Barangsiapa yang dianugerahi hati yang selalu bersyukur (qalban syakiran), lisan yang senantiasa menyebut nama Allah SWT (lisanan dzakiran) , dan diri yang sabar (nafsan shabiran), berarti ia diberi kebaikan dunia dan akhirat serta dipelihara dari neraka. Oleh karena itu, terdapat sunnah yang mendorong pengamalan doa diatas.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas, Sesungguhnya Rasulullah saw menengok seorang muslim yang telah menjadi seperti anak burung karena kemahnya. Rasulullah saw berkata kepadanya, “Apakah kamu memohon sesuatu kepada Allah atau meminta sesuatu kepada-Nya ? Orang itu menjawab, Ya, Aku berdoa, Ya Allah, perkara yang akan Engkau siksakan kepadaku di akhirat itu timpakanlah kepadaku di dunia. Maka Rasulullah saw bersabda, Mahasuci Allah. Engkau tak kuat menerimanya. Mengapa kamu tidak berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka ?. Anas berkata, Kemudian dia mengucapkannya, dan Allah menyembuhkannya.” (HR. Muslim).

Demikian pentingnya kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat, dalam posisi bagaimanapun, status sosial apapun, seseorang dalam kehidupannya berusaha semaksimal mungkin, pantang menyerah dan tidak kenal lelah menciptakan kondisi yang mendukung terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Persoalannya, pernahkah manusia dalam kehidupannya merasakan keadaan yang bisa memenuhi kebutuhannya secara utuh, terus-menerus dan permanen ?. Jawabannya : jelas tidak mungkin. Kondisi di dunia ini fluktuatif dan dinamis, selalu berubah-ubah. Peristiwa demi peristiwa datang silih berganti. Kehidupan ini selalu dipergilirkan dan dipergulirkan oleh yang memberi karunia kehidupan. Kata orang, dunia ini selalu berputar bagaikan roda pedati.

Seseorang yang menghendaki sukses yang membahagiakan, dan bisa mempertahankannya, bukan menciptakan kondisi eksternal di luar dirinya, tetapi yang terpenting adalah menciptakan kondisi rohaninya yang membuatnya selalu sukses dan bahagia dalam kondisi yang bagaimanapun. Ternyata, kebahagiaan itu bukan berbentuk barang yang dicari di tempat tertentu. Tetapi, ketentraman itu bersumber dari internal dirinya. Dengan meyakini dan mengamalkan ajaran Islam, dapat menciptakan rohani yang diperlukan agar memiliki spirit yang sama dalam menghadapi pasang surut kehidupan. Diantaranya Istighfar (memohon kepada Allah SWT agar semakin hari ditutupi kelemahan dan kekurangan dirinya) dan Taubat (kembali kepada jalan-Nya).

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling (tidak beristighfar dan bertaubat), maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud (11) : 3).

-Istighfar
Cara lain mencari selama adalah istighfar. Istighfar artinya memohon kepada Allah SWT agar kelemahan dan sisi gelap serta bau tidak sedap kita ditutupi oleh-Nya. Anjuran memperbanyak beristighfar sesungguhnya mengajarkan kepada kita agar setiap saat terjadi peningkatan kualitas diri kita. Baik dari sisi mental spiritual, material dan ilmu pengetahuan. Istighfar tidak sekedar diucapkan di mulut, tetapi terhunjam di hati dan diikuti dengan amal kebaikan yang bisa menghapus kesalahan. Dengan memperbanyak kalimat istighfar mendidik kita untuk selalu meluruskan dan memurnikan niat dan amal kita.

Dalam Al-Quran sering disebut kalimat istighfar, terkadang dalam redaksi perintah.

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


"Dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil
(73) : 20).

Dan sekali waktu dalam bentuk pujian kepada orang yang minta ampun.

“dan yang memohon ampun di waktu sahur [saat sebelum fajar menyingsing mendekati subuh] (QS. Ali Imran
(3) : 17).

وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa (110).

Banyak sekali kalimat istighfar digandeng dengan taubat, berarti istighfar disini ungkapan untuk memohon ampun dengan lisan dan taubat, ungkapan dari berlepas diri dari dosa dengan hati dan anggota tubuh. Hukum istighfar seperti hukum berdoa. Jika Ia menghendaki Ia Mengabulkannya dan mengampuni pelakunya terutama jika keluar dari hati yang tulus mengakui dosa, atau dilakukan pada saat mustajab (terkabul), seperti waktu sahur, selesai shalat fardhu. Dan istighfar yang terbaik adalah dimulai dengan memuji-Nya mengakui segala dosa kemudian memohon ampun kepada-Nya.

“Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw bahwa ia bersabda : Demi Allah sesungguhnya aku sungguh mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya sebanyak 70 kali lebih dalam sehari.”
(HR. Bukhari & Muslim).

Apabila seorang hamba berharap dengan menghadirkan hati, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya dan menyempurnakan syarat-syaratnya dan menghilangkan penghalangnya, sekalipun tumpukan dosanya sepenuh langit, maka Dia akan mengampuninya.

Al-Hasan berkata : Perbanyaklah istighfar di rumah-rumahmu, dan diatas meja makanmu, dan dijalanmu, di pasarmu dan di majlismu serta dimanapun kamu berada, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan turunnya ampunan.

Imam Qotadah mengatakan : Sesungguhnya Al-Quran ini menunjukkan kepadamu atas penyakitmu dan obatmu, adapun penyakitmu adalah dosa-dosa yang kamu lakukan dan obatmu adalah istighfar.

-Taubat
Taubat dari dosa dengan kembali kepada Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib Dan Maha Pengampun segala dosa adalah titik tolak para penempuh jalan menuju Allah SWT, modal orang-orang yang sukses, tapak tilas orang yang menghendaki keridhaan-Nya, dan kunci istiqomah bagi orang-orang yang menyimpang, dan tempat berpijak manusia-manusia bersih dan makhluk pilihan dan orang-orang yang dekat dengan-Nya.

Taubat adalah permulaan dan akhir perjalanan menuju-Nya.

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nur (24) : 31).

Ayat diatas turun di Madinah, diserukan oleh Allah SWT kepada ahlul iman dan manusia pilihan-Nya untuk bertaubat setelah keimanan, kesabaran, hijrah dan jihad mereka. Dia menggandeng kata taubat dengan al-falah (kesuksesan di akhirat) dan menggunakan kata “la’alla”, ini berarti mengandung pelajaran yang berharga, jika kamu bertaubat maka kamu akan memiliki harapan untuk berhasil. Tidak mengharapkan keberhasilan melainkan orang-orang yang bertaubat.

Orang yang menyadari kekurangan dirinya dan menyesalinya menunggu turunnya rahmat dan orang yang bangga dengan amal shalihnya mendatangkan kemurkaan Allah SWT, meminjam kata bijak.Taubat adalah kembali ke jalan kebenaran dan berlepas diri dari pengaruh orang-orang yang tersesat dan dimurkai.

Jika dosa berhubungan dengan Allah SWT maka syarat diterimanya adalah berlepas diri darinya, menyesalinya dan bertekat untuk tidak mengulanginya. Adapun jika dosa menyangkut dengan orang lain maka ia harus memperbaiki hubungan yang telah rusak dan minta maaf dan mohon keridhaan dari kesalahan yang di perbuat kepadanya.

“Barangsiapa yang berbuat zhalim kepada saudaranya, baik berupa harta ataupun kehormatan (harga diri) maka hendaklah dihalalkan pada hari itu sebelum masa dimana (tidak diperhitungkan) dinar dan dirham kecuali kebaikan dan keburukan.” (HR. Bukhari).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim (66) : 8). [Kudus, 14 Januari 2010/www.hidayatullah.com]

Penulis adalah kolumnis www.hidayatullah.com


Sombong

Tidak akan masuk syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit kesombongan..!

Sifat angkuh atau sombong telah banyak membinasakan makhluk Allah  ta'ala. Bermula dari peristiwa pengusiran Iblis dari syurga kerana sikap sombong Iblis yang enggan dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam a.s. Iblis "merasa lebih baik" dibanding Adam, karena ia telah Allah ciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan Allah (hanya) dari tanah.

Demikian juga Allah subhanahu wa ta'ala telah menenggelamkan Qarun beserta seluruh hartanya ke dalam perut bumi disebabkan kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wa ta'ala dan juga kepada kaumnya sendiri. Dengan ke"aku"annya, Qarun menganggap bahwa semua harta yang dia peroleh adalah murni hasil jerih payahnya!

Allah ta'ala juga telah menenggelamkan Fir'aun dan bala tenteranya ke dalam laut kerana kesombongannya terhadap Allah (menolak dakwah Musa a.s.) dan kepada kaumnya. Karena ke"aku"annya juga, Fir'aun menjadi lupa diri sehingga dia menyatakan dirinya sebagai "tuhan" yang mesti disembah dan diagungkan oleh kaumnya.

Kehancuran kaum Nabi Luth a.s. juga karena kesombongan mereka yang menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Luth a.s. kepada mereka. Luth a.s. mengajak kaumnya untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka yang melakukan penyimpangan seksual yakni memilih pasangan hidup sesama jenis (homoseks). Dan karena kesombongannya itu, Allah ta'ala membalikkan bumi tempat mereka tinggal sehingga tak seorang pun dari mereka yang dapat menyelamatkan diri dari azab Allah yang datangnya secara tiba-tiba.

Demikian sebagian kisah yang Allah ta'ala khabarkan dalam Al Quran tentang mereka yang telah berlaku sombong.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, telah menjelaskan tentang bahaya dari sifat sombong dan angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas'ud r.a., dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Tidak masuk syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit sifat sombong”, kemudian seseorang berkata: "(Ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya bagus dan kasutnya bagus", Beliau bersabda: "Sesunguhnya Allah itu indah dan Dia menyukai keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain" (HR Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah memberi komentar tentang hadits ini, "Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong iaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran". (Syarah Shahih Muslim 2/269).

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak layak mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong dari menerima kebenaran dari orang lain". (Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/275)

Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata, "Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling dahsyat adalah sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.” (Umdatul Qari` 22/140).

Nash-nash Ilahiyyah banyak sekali mencela orang yang sombong dan angkuh, baik yang terdapat dalam Al Quran maupun dalam As-Sunnah.


Orang yang sombong telah mengabaikan perintah Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, artinya: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Luqman 18)
Ibnu Abbas r.a., ketika menjelaskan makna firman Allah subhanahu wa ta'ala: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia” berkata: "Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan mukamu ketika mereka berbicara kepadamu." (Tafsir At-Thabari 21/74)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan Firman Allah subhanahu wa ta'ala, ”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”, maksudnya: ”Janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat sesuka hati, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu". (Tafsir Ibnu Katsir 3/417)


Orang yang sombong menjadi penghuni Neraka
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, mafhumnya: "(Setelah itu) dikatakan (kepada mereka): 'Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya' Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri." (QS Az-Zumar 72)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan masuk syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit kesombongan" (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Mahukah aku beritahu kepada kamu tentang penghuni syurga? Para sahabat menjawab: tentu (wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: "(Penghuni syurga adalah) orang-orang yang lemah lagi direndahkan oleh orang lain, kalau dia bersumpah (berdo'a) kepada Allah niscaya Allah kabulkan do'anya, Mahukah aku beritahu kepada kamu tentang penghuni neraka? Para sahabat menjawab: tentu (wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: "(Penghuni neraka adalah) orang-orang yang keras kepala, berbuat sesuka hati (kasar), lagi sombong". (HR Bukhari & Muslim)

Orang yang sombong, hatinya terkunci dan tertutup
"..Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (QS Ghafir 35)
Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata, "Sebagaimana Allah mengunci mati hati orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah maka demikian juga halnya Allah juga mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat sewenang-wenangnya, yang demikian itu karena hati merupakan sumber pangkal kesombongan, sedangkan anggota tubuh hanya tunduk dan patuh mengikuti hati". (Fathul Qodir 4/492).


Kesombongan membawa kepada kehinaan di dunia dan akhirat

Orang yang sombong akan mendapat kehinaan di dunia ini berupa kejahilan, sebagai balasan dari perbuatannya. Perhatikanlah firman Allah subhanahu wa ta'ala, artinya: "Aku akan memalingkan (hati) orang-orang yang sombong di muka bumi dengan tiada alasan yang benar dari (memahami) ayat-ayatKu (yang menunjukkan kekuasaanKu)” (QS Al-'Araf 146)

Maksudnya, iaitu, Aku (Allah) halangi mereka dari memahami hujah-hujah dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang keagungan-Ku, syari'at-Ku, hukum-hukum-Ku pada hati orang-orang yang sombong untuk ta'at kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alasan yang benar, sebagaimana mereka sombong tanpa alasan yang benar, maka Allah hinakan mereka dengan kebodohan (kejahilan). (Tafsir Ibnu Katsir 2/228)

Kebodohan adalah sumber segala malapetaka, sehingga Allah sangat mencela orang-orang yang jahil dan orang-orang yang selesa dengan kejahilannya, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, artinya: "Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk yang melata, pada sisi (hukum dan ketetapan) Allah, ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mahu memahami sesuatu pun (dengan akal fikirannya).” (QS Al-Anfal 22)

Allah subhanahu wa ta'ala menghina orang-orang yang tidak mahu menerima kebenaran dan tidak mahu mengatakan yang haq, sehingga orang tersebut tidak memahami ayat-ayat-Nya yang pada akhirnya menyebabkan dia menjadi seorang yang jahil dan tidak mengerti apa-apa; dan kejahilan itulah bentuk kehinaan bagi orang-orang yang sombong.

Dan orang yang sombong di akhirat dihinakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan mengecilkan saiz tubuh mereka sekecil semut dan kehinaan datang kepada mereka dari segenap penjuru, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dalam hadits berikut:

"Orang-orang yang sombong akan dihimpunkan pada hari kiamat seperti dalam bentuk semut-semut kecil dengan rupa manusia, dari segala tempat datang kehinaan kepada mereka, mereka digiring ke penjara neraka jahannam yang di sebut Bulas, di bahagian atasnya api yang menyala-nyala dan mereka diberi minuman dari kotoran penghuni neraka". (HR Tirmizi & Ahmad, dihasankan oleh Syeikh Al-Albani dalam Al-Misykat)

Semoga dengan merenungi nash-nash Ilahiyyah diatas, rahmat Allah akan sentiasa bersama kita dan menjauhkan kita dari sifat angkuh dan sombong. [Abu Abdillah Dzahabi]

Tulisan ini disadur dari Majalah Al-Furqon Edisi 5 Tahun V/Zulhijjah 1426/Januari 2006



Baca juga!


"Loon" Penyanyi Rap Terkenal AS yang Masuk Islam

Grup music rap Bad Boy amatlah kesohor di Amerika. Loon adalah penyanyi yang terkenal bersama grup tersebut yang memiliki nama asli Chauncey L. Hawkins. Setelah masuk Islam, Loon merubah namanya menjadi Amir Junaid Muhaddith. Bukan hanya Loon yang masuk Islam, isteri dan anak-anaknya juga ikut langkah baik pemimpin keluarga mereka. Tidak nerapa lama setelah masuk Islam, Amir berangkat ke tanah suci Makkah, bertemu dengan para Imam Masjidil Haram.

Di depan Ka’bah itulah Amir menemukan jati dirinya sebagai seorang hamba Allah yang memiliki misi ibadah kepada-Nya. Amir masuk Islam setelah kumpulan lagu terakhirnya terjual 7 juta copy. Coba bayangkan, kalau per copy saja keuntungannya US$ 1.00, maka maka sekitar US$ 7 juta masuk kekantong Loon, atau sekitar 70 miliyar rupiah.
Sungguh uang yang sangat banyak bukan?

Loon/Amir sewaktu melakukan thawaf sunnah di Makkah

Uang yang melimpah yang ia hasilkan dari musik itu ternyata tidak membuat Amir semakin menikmati hidup ini. Bukan uang yang melimpah dan ketenaran sejagat yang membuat Amir menikmati kebahagiaan hidup. Soal uang, ketenaran dan berbagai penghormatan manusia sudah ia dapatkan, baik di Amerika sendiri maupun dari kawasan dunia lainnya. Lalu, Islamlah yang ia pilih untuk menggapai kebahagiaan hakiki itu. Ternyata semua bentuk kesuksesan dunia yang ia dapatkan, tak menghalanginya untuk masuk Islam dan memilih Islam sebagai the way of life-nya.

Tak heran jika setiap Muslim yang melihat atau mendengar kisah Loon ini, spontan terucap di lidah mereka: Alhamdulillah, selamat datang saudaraku seiman. Salut luar biasa. Harta yang melimpah dan ketenaran sejagat ditinggalkan demi hidup sebagai seorang Muslim yang taat. Sementara di negeri kami yang terkenal sebagai negeri Muslim, malah orang berlomba-lomba mengejar fatamorgana dunia dan ketenaran itu.

Bandingkan wajah dan senyum Amir dengan sebelum masuk Islam. Sangat jelas perbedaannya

Sungguh besar pengorbananmu. Uang, harta dan ketenaran itu mungkin tidak akan Anda dapatkan lagi seperti saat sebelum memilih agama yang benar ini sebagai jalan hidup. Pasti Amir sudah memperkirakan itu semua dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang mendalam. Itulah resiko menjadi Muslim taat, khususnya di Amerika yang terkenal pemerintahnya anti Muslim taat seperti Amir.

Amir menemukan cahaya Islam belum genap satu tahun, atau sekitar 10 bulan lalu. Musim Haji yang lalu, ia datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dan berkunjung ke Madinah, kota Rasul Saw. Amir juga berkunjung ke Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi dan bahkan ke beberapa kota di negara-negara Arab teluk, seperti United Arab Emirates. Dalam kunjungannya itu, Amir mendapatkan sambutan yang luar biasa. Beberapa media pun antri untuk mewawancarainya, termasuk Aljazeera, stasiun tv terkemuka di Qatar yang mampu melawan kebohongan dan hegemoni CNN milik raja media Yahudi bernama Murdoch.

Amir saat shalat sunnah di salah satu Masjid di Arab

Amir yang saat ini berusia 34 tahun menceritakan isi hatinya yang paling dalam tentang keislamannya sambil berkata : Saya meraih ketenaran yang luar biasa di kalangan masyarakat Amerika karena musik. Saya sukses luar biasa dalam dunia musik sehingga saya menjadi 10 penyanyi top Amerika berdasarkan rating media Amerika sendiri. Ketenaran saya meningkat tajam saat berduet bersama penyanyi kelas dunia Bop Diddy sehingga penjualan kaset rekaman lagunya lebih dari 7 juta copy. Saya telah menulis 52 lagu.

Amir menambahkan; Anda boleh percaya atau tidak. Kendati memiliki harta yang melimpah dan ketenaran, saya tidak pernah merasakan kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Sampai ketika saya berkunjung ke Abu Dhabi 7 bulan yang lalu, saya terkaget-kaget dengan budaya kaum Muslimin Arab. Saat itu saya mendengar lantunan suara azan dan saya melihat orang-orang bergerak menuju Masjid-Masjid yang terdekat untuk menunaikan shalat. Mereka terlihat berakhlak mulia dan berinteraksi dengan baik dengan siapa saja. Saat itu timbul pertanyaan dalam benak saya tentang hakikat agama mereka (Islam). Apakah Islam itu hanya khusus untuk bangsa Arab, atau untuk semua manusia? Sampai akhirnya saya mendapat jawaban yang konprehensif bahwa Islam itu adalah agama untuk semua manusia, tanpa membedakan keturunan, suku dan bangsa.

Amir sedang membaca Al-Qur’an dan bertekad menjadi Da’i, mengajak teman-temannya kembali ke jalan yang benar 

Setelah berfikir mendalam, saya putuskan masuk Islam dan saya shalat pertama kali saat kembali ke tempat tinggal saya di New York. Sejak itulah saya berubah total. Saya tinggalkan musik secara total. Saya keluar total dari komunitas di mana saya habiskan hidup saya sebelumnya selama 17 tahun. Sekarang saya merasakan ketenangan batin yang sejak lama saya rindukan. Saya merasa bertambah tenang lagi setelah isteri dan anak saya juga masuk Islam.

Semangat saya untuk belajar dan mengenal Islam semakin bertambah, karena tertanam niat dan tekad untuk mengajak orang lain kembali kepada Islam. Saya juga telah bergabung dengan lembaga dakwah Islam Kanada, bidang penyebaran Islam. Saya memiliki program khusus terkait masalah tersebut, yakni mengajak para penyanyi dan seniman top dunia untuk mengenal Islam dan prinsip-prinsipnya.

Amir (sebelah kiri) shalat bersama saudara-saudaranya yang telah masuk Islam sebelumnya

Terakhir Amir menyampaikan nasehatnya kepada generasi muda Muslim di mana saja berada : Ini adalah ucapan saya yang keluar dari lubuk hati yang dalam. Kepada setiap pemuda dan generasi Muda Muslim. Jangan sekali-kali terpengaruh oleh peradaban Barat, demikian juga dengan tradisi mereka.

Jangan sekali-kali meniru lagu-lagu Barat dan prilaku mereka serta apa saja yang dilakukan oleh penyanyi Amerika atau Barat lainnya. Berbanggalah dengan Islam dan agama ini yang sekarang sedang dicari-cari oleh orang-orang kaya dan orang-orang terkenal di dunia. Setelah mereka mengenal Islam, mereka akan tahu bahwa apa yang mereka kerjakan bertahun-tahun sebelumnya tidaklah bermutu dan berguna.

Banggalah Anda sebagai Muslim. Kenalilah Allah sebagai Tuhan Pencipta dan kenalilah Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul yang membawa misi keselamatan. Shadaqta ya Amir. Anda benar saudaraku… (FJ/ berbagai sumber).

Bagi yang ingin mengenal dan berkomunikasi dengan Amir, silahkan klik loon2amir.com. (fj)

More like this...

Dari YuTub...
 


Hikmah Dibalik Musibah

(…bagi mereka yang beriman)

1. Terhapusnya dosa & kesalahan.
Nabi saw bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.: Tidak ada penyakit, kesedihan & bahaya yang menimpa seorang Mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu. (HR Bukhari & Muslim)

Dalam hadis lain Nabi saw bersabda: Cobaan senantiasa akan menimpa seorang Mukmin & Mukminah—baik menimpa dirinya, anaknya maupun hartanya—hingga ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa. (HR Tirmidzi)

2. Memperoleh pahala & keridhaan Allah.
Anas ra. meriwayatkan sebuah hadis secara marfû’, “Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Siapa saja yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah…

3. Mendorong untuk ber-taqarrub & banyak beribadah kepada Allah SWT.
Betapa banyak Muslim yang setelah ditimpa musibah ataupun bencana terdorong untuk ber-taqarrub kepada Allah & berdoa/beribadah kepada-Nya, yang semua itu tak pernah ia lakukan sebelum tertimpa musibah. (QS 41: 51)

4. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya. (HR Bukhari)

Selain itu, orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah akan mendapatkan shalawat & rahmat dari Allah SWT (QS 33:155-157; diberi pahala tanpa batas; akan selalu bersama Allah (QS 2:153), & Allah mencintainya (QS 3:146).

Lebih dari sekadar keharusan untuk bersabar, dalam menghadapi musibah ini selayaknya setiap Muslim hendaknya:

1. Iman & ridha terhadap ketentuan (takdir) Allah.
Allah SWT berfirman: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi & pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Q57:22).

2. Memperbanyak berdoa & berzikir kepada Allah SWT.
Rasulullah saw. mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah: Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah yang menimpaku ini, & berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya. (HR Ahmad)

Selain berdoa, berzikir akan dapat menenteramkan hati. (Q13:28)

3. Tetap berikhtiar.
Mengimani takdir bukan berarti tidak berikhtiar. Saat terjadi wabah penyakit di Syam, Umar bin al-Khaththab segera berupaya keluar dari negeri tersebut. Ketika ditanya, ”Apakah kamu hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab, ”Ya, aku lari dari takdir Allah untuk menuju takdir-Nya yang lain.

Rasulullah saw. pun memberikan petunjuk bahwa segala bahaya (madarat) wajib untuk dihilangkan. Misalnya logistik, tempat tinggal, masjid & sekolah yang hancur harus diupayakan kembali keberadaannya. Dalam hal ini, tanggung jawab Pemerintah sangatlah besar.

4. Bertobat.
Adakalanya musibah yang menimpa adalah akibat dari dosa yang diperbuat manusia (QS 42:30). Karena itu, sudah seharusnya seseorang yang terkena musibah segera bertobat kepada Allah SWT dengan taubat yang sebenar-benarnya. Nabi saw. bersabda: Setiap anak Adam adalah pendosa. Sebaik-baik pendosa adalah orang yang suka bertaubat (HR Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad & Darimi).

5. Tetap Istiqamah dalam Islam.
Dalam setiap musibah, selalu ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk tujuan jahat. Misalnya kristenisasi. Caranya adalah dengan memberikan bantuan logistik, medis, uang, rumah & sebagainya. Semua itu tidaklah diberikan dengan tulus, melainkan ada maksud keji di baliknya. Ujung-ujungnya, orang-orang kafir itu ingin sekali memurtadkan orang Islam. Di sinilah seorang Muslim dituntut untuk bersikap istiqamah. (QS 11:112)

Mewaspadai Datangnya Musibah Lain
Nabi saw., sebagaimana penuturan Ibn Umar ra., pernah mewanti-wanti kita terkait dengan kemungkinan datangnya sejumlah musibah/bencana (lain) yang menghampiri kita. Beliau bersabda:

Ada lima perkara (yang harus kalian waspadai) aku berlindung kepada Allah, jangan sampai hal itu menimpa kalian:

1. Tidaklah kekejian (perzinaan) muncul pada suatu kaum & mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali akan muncul berbagai wabah & berbagai penyakit yang belum pernah terjadi pada orang-orang sebelum mereka. (Penyakit AIDS???)
2. Tidaklah suatu kaum berbuat curang dalam hal timbangan & takaran (jual-beli), melainkan mereka akan diazab dengan paceklik, kesusahan hidup & kezaliman penguasa.
3. Tidaklah suatu kaum enggan membayar zakat, melainkan mereka akan dicegah dari turunnya hujan dari langit; jika bukan karena binatang ternak, niscaya hujan itu tidak akan diturunkan.

4. Tidaklah para pemimpin mereka melanggar penjanjian Allah & Rasul-Nya, kecuali Alah akan menjadikan musuh menguasai mereka, lalu merampas sebagian yang ada dari apa yang ada di tangan mereka.

5. Tidaklah mereka meninggalkan Kitabullah & Sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan perselisihan di antara mereka.
(HR Ibnu Majah)

BULETIN AL-ISLAM, Edisi 475/Tahun XVI


Nasihat Menghadapi MUSIBAH

Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullâh bin Bâz

Sesung­guh­nya Allâh subhânahu wa ta'âla Mahabijak­sana dan Mahatahu dalam semua yang Dia tetapkan dan takdirkan, seba­gaimana Dia Mahabijak­sana dan Mahatahu dalam semua yang Dia syariatkan dan perin­tahkan. Allâh men­cip­takan tanda-tanda apa saja yang Dia kehen­daki, dan menakdirkan­nya dalam rangka membuat takut ham­ba-hamba-Nya, meng­ingatkan mereka akan hak-Nya yang wajib mereka penuhi, dan memperingatkan mereka agar tidak ber­buat syirik, melang­gar per­in­tah-Nya dan melakukan yang dilarang. Ini seba­gaimana firman-firman-Nya berikut ini.
{ وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا }

Dan tidaklah Kami mem­beri tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” [Q.S. al-Isrâ':59]

{ سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ }

Kami akan mem­per­lihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sen­diri sehingga jelas­lah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesung­guh­nya Dia menyak­sikan segala sesuatu.” [Q.S. Fushshilat:53]

{ قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ }

Katakanlah, (wahai Muham­mad,) 'Dia (Allâh) Maha Ber­kuasa untuk meng­irimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia men­cam­purkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling ber­ten­tangan), dan membuat sebagian kalian merasakan keganasan sebagian yang lain.” [Q.S. al-An’âm:65]
Imam al-Bukhâri meriwayatkan di dalam kitab Shahîh-nya dari Jâbir bin Abdullâh radhiyallâhu ‘anhu dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Jabir berkata, “Tatkala turun firman Allâh 'azza wa jalla: 'Qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum', Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa, 'Aku berlindung dengan wajah-Mu.' Lalu ketika membaca 'Aw min tahti arjulikum', beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa, 'Aku ber­lin­dung dengan wajah-Mu.' ” [1]

Diriwayatkan oleh Abu al-Syaikh al-Ashbahâni dari Mujâhid tentang tafsir ayat: “qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum”. Mujâhid berkata, “Yaitu, halilintar, hujan batu dan angin topan.” Sedangkan tentang ayat: “aw min tahti arjulikum”, Mujâhid berkata, “Gempa dan tanah longsor.”

Jelas­lah bahwa gempa-gempa yang ter­jadi pada masa-masa ini di beberapa tem­pat ter­masuk dalam kategori ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan Allâh untuk menakut-nakuti para ham­ba-Nya. Semua yang ter­jadi di alam ini, baik ber­upa gempa dan musibah lainnya, yang menim­bulkan bahaya bagi para hamba serta menim­bulkan ber­ba­gai macam pen­deritaan adalah disebabkan oleh per­buatan syirik dan mak­siat. Ini seba­gaimana firman Allâh subhânahu wa ta’âla:
{ وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ }

Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh per­buatan tangan kalian sen­diri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Q.S. asy-Syûra:30]

Allâh subhânahu wa ta’âla juga berfirman,

{ مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ }

Nik­mat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allâh, dan ben­cana apapun yang menim­pamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sen­diri.” [Q.S. an-Nisâ:79]
Ten­tang umat-umat ter­dahulu, Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ }

Maka masing-masing (mereka itu), Kami siksa disebabkan dosanya. Maka di antara mereka ada yang Kami tim­pakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di an­tara mereka ada yang ditimpa suara keras yang meng­gun­tur (halilin­tar), dan di an­tara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami teng­gelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hen­dak meng­aniaya mereka, akan tetapi merekalah yang meng­aniaya diri mereka sen­diri.” [Q.S. al-Ankabût:40]
Maka wajib bagi seluruh mukallaf dari kaum mus­limin dan selain­ mereka untuk ber­taubat kepada Allâh 'azza wa jalla, beristiqamah di atas agamanya, serta mewas­padai semua yang Dia larang, baik ber­upa per­buatan syirik maupun mak­siat. Sehingga dengan begitu mereka selamat dari seluruh bahaya di dunia dan akhirat, serta Allâh menghindarkan mereka dari semua azab, dan meng­anugerahkan kepada mereka segala jenis kebaikan.

Seba­gaimana Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

Sekiranya pen­duduk negeri-negeri ber­iman dan ber­takwa, pas­tilah Kami akan melim­pahkan kepada mereka ber­kah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka men­dus­takan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan per­buatan­ mereka.” [Q.S. al-A’râf:96]
Allâh subhânahu wa ta’âla ber­firman ten­tang Ahli Kitab,
{ وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ }

Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh men­jalankan (hukum) Taurat, Injil dan (al-Qur’ân) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-nya, niscaya mereka akan men­dapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” [Q.S. al-Mâidah:66]
Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ }

Maka apakah pen­duduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan sik­saan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah pen­duduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan sik­saan Kami kepada mereka di waktu matahari sepeng­galan naik ketika mereka sedang ber­main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” [Q.S al-A’râf:97–99]
Al-Allâmah Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Pada sebagian waktu, Allâh subhânahu wa ta’âla mem­berikan izin kepada bumi untuk ber­nafas, lalu ter­jadilah gempa yang dahsyat. Dari per­is­tiwa itu, tim­bul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah, lalu bertaubat dan ber­henti dari per­buatan mak­siat, tun­duk kepada Allâh dan menyesal. Seba­gaimana per­kataan ulama Salaf setelah gempa terjadi, ‘Sesung­guh­nya Rabb kalian sedang men­egur kalian.’

Umar bin al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, setelah terjadi gempa di Madinah, menyam­paikan khutbah dan nasihat. Beliau berkata, ‘Jika ter­jadi gempa lagi, saya tidak akan meng­izinkan kalian ting­gal di Madinah.”’ Sampai di sini per­kataan Ibnul Qayyim rahimahullâh.

Atsar-atsar dari Salaf ten­tang hal ini sangat banyak. Jadi, saat ter­jadi gempa atau tanda-tanda kekuasaan Allâh lainnya, begitu pula ger­hana, angin ribut, atau ban­jir, wajib segera ber­taubat kepada Allâh 'azza wa jalla, meren­dahkan diri kepada-Nya, memohon afiyah kepada-Nya, dan mem­per­banyak dzikir dan istighfar. Ini seba­gaimana sabda Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika ter­jadi gerhana:
(( فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ))

Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah ber­dzikir kepada Allâh, berdoa dan ber­is­tighfar kepada-Nya.[2]
Disun­nahkan pula menyayangi fakir mis­kin dan ber­sedekah kepada mereka. Ini ber­dasarkan sabda-sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berikut:
(( ارْحَمُوا تُرْحَمُوا ))

Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani.” [3]

(( الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ ))

Orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Zat Yang Maha Penyayang. Kasihanilah yang di muka bumi, kalian pasti akan dikasihani oleh (Allah) yang di atas langit.[4]>

(( مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ ))

Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan disayang.[5]
Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullâh bahwa dia menulis surat kepada para gubernurnya saat ter­jadi gempa agar bersedekah.

Di an­tara faktor-fak­tor penyebab ter­hindar dari segala keburukan adalah pemerin­tah segera memegang ken­dali rakyat dan meng­haruskan mereka agar berkomitmen menjalankan al-haq, menerapkan hukum Allâh 'azza wa jalla di tengah-tengah mereka, dan memerin­tah mereka untuk berbuat yang makruf serta melarang berbuat yang mung­kar. Hal ini seba­gaimana firman Allâh 'azza wa jalla:
{ وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ }

Dan orang-orang yang ber­iman, lelaki dan per­em­puan, sebagian mereka (adalah) men­jadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (meng­er­jakan) yang makruf, men­cegah dari yang mun­gkar, men­dirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul­-Nya. Mereka itu akan diberi rah­mat oleh Allah. Sesung­guh­nya Allah Mahaper­kasa lagi Mahabijakasana.” [Q.S. at-Taubah:71]

{ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (40) الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ }

Sesung­guh­nya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesung­guh­nya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaper­kasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka men­dirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh ber­buat yang makruf dan men­cegah dari per­buatan yang mung­kar; dan kepada Allah-lah kem­bali segala urusan.” [Q.S. al-Hajj:40–41]

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ }

Barang­siapa yang ber­takwa kepada Allah, niscaya Dia akan meng­adakan baginya jalan keluar. Dan mem­berinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang­siapa yang ber­tawak­kal kepada Allah, niscaya Allah akan men­cukupkan (keperluan)nya.” [Q.S. ath-Thalâq:2–3]
Ayat-ayat ten­tang hal ini sangat banyak.

Rasululâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ ))

Barang­siapa menolong saudaranya, maka Allah akan menolong­nya.” [Mut­tafaq ‘Alaih] [6]
Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ))

Barang­siapa yang menghilangkan dari seorang muk­min satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan menghilangkan dari dirinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barang­siapa mem­berikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barang­siapa yang menutup aib seorang mus­lim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” [Diriwayatkan oleh Imam Mus­lim dalam Shahih-nya] [7]
Hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak sekali.

Hanya kepada Allah, kita memohon agar mem­per­baiki kon­disi seluruh kaum musimin, membuat mereka paham agama dan meng­anugerahi mereka kekuatan untuk beristiqamah, dan keinginan untuk segera ber­taubat kepada Allah 'azza wa jalla dari semua per­buatan dosa. Semoga Allah memper­baiki kon­disi seluruh penguasa kaum mus­limin. Semoga Allah menolong al-haq dan meng­hinakan kebatilan melalui mereka, dan mem­bim­bing mereka untuk menerapkan syariat Allah pada para hamba-Nya. Dan semoga Allah melin­dungi mereka dan seluruh kaum mus­limin dari fit­nah dan jebakan setan yang menyesatkan. Sesung­guh­nya Allah Maha Ber­kuasa untuk hal itu.


Sumber: Majmu' Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah IX/148–152.

_________


Foot Note:
[1] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam Kitab Tafsir al-Qur’ân nomor 4262, dan Imam at-Tir­midzi nomor 2991.
[2] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri di dalam al-Jumu’ah nomor 999, dan Imam Mus­lim dalam al-Kusûf nomor 1518.
[3] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad al-Muktstsirîn nomor 6255.
[4] Diriwayatkan oleh Imam at-Tir­midzi di dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1847.
[5] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri di dalam al-Adab nomor 5538, dan Imam at-Tir­midzi di dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1834.
[6] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam al-Mazhâlim wa al-Ghasab nomor 2262, dan Mus­lim dalam al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab nomor 4677.
[7] Diriwayatkan oleh Imam Mus­lim nomor 4867, dan Imam at-Tir­midzi dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1853.


Tsunami Aceh... Bukan Sekedar Mukjizat

(Allah swt Maha Berkehendak...)
Ada pesan Allah swt dibalik musibah Tsunami Aceh 26 Desember 2004 lalu?!


Foto-foto: Dari berbagai sumber (thank's).
Download semua gambar...












Baca-baca:

Wallahu'alam... it's up to you!


Kota Meulaboh sebelum dan sesudah serangan terorist eh.. Tsunami...




Foto Satelit pada detik-detik terjadinya gelombang Tsunami di Aceh...
Satelit yang ada di atas Aceh pada saat itu adalah suatu kebetulan?




Simbol triple-six 666, One-Eye & Laut Terbelah ada di Museum Tsunami Aceh.
*Makna dari simbol 666, One-Eye (Mata Satu) & Belitan Ular, ...silahkan cari sendiri!






Simbol Yahudi ada di Hotel Hermes Palace Banda Aceh...



Kalibrasi Arah Kiblat dengan Google Earth

Dengan menarik garis (Google Earth: Tools|Ruler) dari posisi Kabah ke arah masjid yang kita kehendaki.
  • Gambar 4. Masjid At-Taqwa yang berada di kawasan GMFAA, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tersebut arah kiblatnya melenceng dan alhamdulillah telah dikoreksi oleh Pengurus Masjid setempat walaupun bukan dengan menggunakan Google Earth.
  • Gambar 5. Arah kiblat Masjid Umamah di daerah Medang Lestari, Tangerang bisa dianggap telah sesuai.
  • Gambar 6. Arah kiblat Masjid Al Azhom Tangerang telah 'sesuai'.

Klik di gambar untuk memperbesar!

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5

Gambar 6.


Hikmah di balik pengkoreksian arah kiblat:
  1. Bahwa ilmu dan kebenaran harus terus dicari, digali dan diperjuangkan. Baca hadits tentang kewajiban menuntut ilmu bagi seorang muslim!
  2. Kebenaran tidaklah cukup dengan apa yang telah kita dapatkan atau peroleh sekarang, karena saya yakin bahwa di dalam Al Quran dan Al Hadits shahih terdapat begitu banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Sudah berapa banyak ayat Quran dan Hadits shahih yang telah saya (Anda) hafal dan pelajari? dst...
  3. Teruslah menggali KEMURNIAN AL ISLAM!!!

Baca juga:
MUI Tak Sarankan Ubah Arah Masjid

Coba ini:
Cek Arah Kiblat Masjid di Sekitar Anda!


Tuyul, Alien dst... Mereka itu Ada?



Hasil searching 'tuyul, jin (jinn), alien' di YouTube:


Gollum, Hantu Tuyul Ciapus Bogor


 Paranormal Creature


Alien Captured on CCTV Traffic

Baca Juga: Mengenal Jin


Interferensi Bukan Manusia kepada Manusia...




Dari YouTube... (Must See!)


[tuning]


“Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.”
(HR Muslim 4773)


Wallahu'alamu...
...astaghfirullah ..astaghfirullah ..astaghfirullah!

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".” (QS Al-Kahfi 29)
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS Al-’Ankabut 69)