Pentingnya Jam Khusus Tidur Istirahat Waktu Sekolah (Bekerja)

Pelajar di China tidur di kelas
DI Negara-negara maju seperti Tiongkok dan Jepang, umumnya pelajar disediakan waktu khusus untuk tidur atau rehat sejenak, di tengah padatnya kegiatan belajar mengajar.

Program semacam ini dibuat semata-mata untuk menyegarkan daya pikir dan menajamkan nalar siswa didiknya, karena pada dasarnya dalam ajaran Islam segala sesuatu ada haknya, begitu juga tubuh, ia memiliki hak untuk diistirahatkan.

Bagaimana dengan kita?

Di usia sangat dini sudah dikenalkan PAUD. Masuk TK, kemudian SD, disuguhi buanyak pelajaran, tak jarang ada tambahan EKSKUL hingga petang. Pindah ke SMP-SMA, makin padat materi, banyak tugas, maka tak aneh di usia belia banyak pelajar yang stress, karena gurunya sering kasih tugas.

Kemudian duduk di bangku universitas, pikirannya tertuju mengejar IPK tinggi, lulus lalu cari kerja! Apa hanya sebatas itu fungsi pendidikan?

Ketika seseorang sudah bekerja, ia bisa memakan waktu berjam-jam hingga lembur, namun terkadang kurang produktif dan minim hasil, banting tulang siang malam tetap saja para buruh setiap tahunnya berdemo tuntut kenaikan gaji.

Negara Jerman dikenal sebagai negara maju. Mesin industri dan menguasai nilai ekspor di Eropa. Tapi soal waktu bekerja, pekerja Jerman menikmati pekerjaannya dengan waktu cukup 7 jam dalam sehari, 6 minggu libur nasional dan 6 minggu cuti kerja dengan gaji dibayar penuh.Sementara di Indonesia, dengan rata-rata waktu kerja 8 jam per hari, 3 minggu libur nasional dan 2 minggu cuti kerja.

Faktanya, dalam data lembaga dunia Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), produktivitas kerja yang dihitung dengan GDP (PPP) atau Gross Domestic Product (Purchasing Power Parities) skor Jerman 57.36 per hour worked (nomor 7 terbaik dunia). Sementara Indonesia tak masuk dalam 60 besar.

Pekerja di China diberikan waktu 30 menit
untuk tidur di waktu kerja
Kita hidup dengan rutinitas, mereka hidup dengan rasionalitas yang tinggi, hal inilah penyebab kemajuan suatu negara. Maka jangan heran jika di Barat dan negara-negara Arab, libur sekolah maupun cuti bekerja bisa dua sampai tiga bulan lebih, di negeri ini cuti bekerja dalam setahun rata-rata hanya dua minggu. Kemanakah nalar kita?

Pertanyaan sederhana?

Sudahkah fungsi pendidikan dengan para akademisinya disertai padatnya jam kerja menjadi bagian dari solusi permasalahan diri, masyarakat dan bangsa, atau malah menjadi beban dan menambah fenomena sosial?

Apalah arti negeri dengan segudang kebanggaan, katanya kaya akan sumber daya alam, banyak orang pintar, para pengamat dengan segudang teori, ramai diskusi hingga acara debat di televisi, namun faktanya masyarakat masih saja jauh dari kemajuan berpikir, fanatik kelompok dan kurang terbuka.

Apalah arti sebuah status, jika dunia pendidikan hanya sebatas formalitas, tak ubah layaknya dagangan yang terus mengejar selera pasar, kurang menyentuh pada esensi untuk apa kita belajar sebenarnya?

Kita sangat perlu belajar bukan saja pada Jepang, Tiongkok, Jerman dan negara maju lainnya, namun pada negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja serta Myanmar kita juga perlu belajar. Jujur saja mereka kini lebih maju, merata hampir di segala bidang, bahkan dalam masalah olahraga saja kita sudah jauh tertinggal.

Hal terberat bagi masyarakat kita adalah mengakui kalau negara tetangga kini lebih maju, ya sepertinya kita harus belajar menerima kenyataan dan mengakui keunggulan mereka agar tidak terlena dengan kejayaan Nusantara di masa lalu, karena kebanggaan bukan untuk dibicarakan namun dipertahankan, kalau perlu ditingkatkan.

Apalah arti ramai program penunjang SDM, ramai sekolah, yayasan/lembaga pendidikan didirikan, namun kita masih saja jauh dari kesadaran akan pentingnya berintegritas dan berkarakter. Maka untuk apa kita sekolah, untuk apa jadwal padat yang senantiasa menghiasi hari-hari kita. Untuk apa?
Sadalah Salman Al-Farisi berkata pada Abu Darda:

عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ: آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ سَلْمَانَ الفَارِسِيِّ وَأَبِي الدَّرْدَاءِ فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً فَقَالَ لَهَا: مَا شَأْنُكِ؟ قَالَتْ: أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِيْ الدُّنْيَا، فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا فَقَالَ: كُلْ، قَالَ: فَإِنِّي صَائِمٌ، قَالَ: مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ قَالَ: فَأَكَلَ. فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ قَالَ: نَمْ فَنَامَ ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ فَقَالَ: نَمْ فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ قَالَ سَلْمَانُ: قُمْ الْآنَ فَصَلَّيَا جَمِيعاً فَقَالَ: لَهُ سَلْمَانُ: إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ. فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَدَقَ سَلْمَانُ

Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdillah radhiyallahu’anhu, dia berkata: Dahulu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda.’ (Suatu saat) Salman mengunjungi Abu Darda’, dan Salman melihat Ummu Darda’ memakai pakaian yang kusut. Kemudian Salman berkata: Apa yang terjadi padamu? Ummu Darda’ berkata: Saudaramu Abu Darda’ tidak butuh kepada dunia. Lalu Abu Darda’ datang dan membuat makanan untuknya. Abu Darda’ berkata kepada Salman: Makanlah, adapun aku sedang berpuasa. Salman berkata: Aku tidak akan makan hingga engkau juga makan. Maka Abu Darda’ pun ikut makan. Ketika malam tiba Abu Darda’ berdiri untuk shalat malam. Salman pun berkata: Tidurlah, lalu Abu Darda’ tidur. Kemudian beliau bangun dan berdiri untuk shalat malam. Salman berkata kepadanya: Tidurlah. Ketika akhir malam, Salman berkata: Sekarang bangunlah dan mereka berdua shalat. Lalu Salman berkata: Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu, serta keluargamu memiliki hak atasmu. Berikanlah hak-hak tersebut kepada setiap yang memilikinya. Kemudian beliau mendatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam serta menyebutkan tentang hal tersebut, Nabi pun shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Salman benar.”(HR. Bukhari).
*/Guntara Nugraha Adiana Poetra. Penulis dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam Faklutas Dakwah UNISBA, Pimpinan redaksi www.infoisco.com


Tentang Tidur Istirahat Siang:
http://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/murajaa/863-sunnahnya-tidur-siang-qoilulah

Wajib Baca:


No comments:

Post a Comment

[tuning]


“Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.”
(HR Muslim 4773)


Wallahu'alamu...
...astaghfirullah ..astaghfirullah ..astaghfirullah!

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".” (QS Al-Kahfi 29)
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS Al-’Ankabut 69)