Nasihat Menghadapi MUSIBAH
Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullâh bin Bâz
Sesungguhnya Allâh subhânahu wa ta'âla Mahabijaksana dan Mahatahu dalam semua yang Dia tetapkan dan takdirkan, sebagaimana Dia Mahabijaksana dan Mahatahu dalam semua yang Dia syariatkan dan perintahkan. Allâh menciptakan tanda-tanda apa saja yang Dia kehendaki, dan menakdirkannya dalam rangka membuat takut hamba-hamba-Nya, mengingatkan mereka akan hak-Nya yang wajib mereka penuhi, dan memperingatkan mereka agar tidak berbuat syirik, melanggar perintah-Nya dan melakukan yang dilarang. Ini sebagaimana firman-firman-Nya berikut ini.
Diriwayatkan oleh Abu al-Syaikh al-Ashbahâni dari Mujâhid tentang tafsir ayat: “qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum”. Mujâhid berkata, “Yaitu, halilintar, hujan batu dan angin topan.” Sedangkan tentang ayat: “aw min tahti arjulikum”, Mujâhid berkata, “Gempa dan tanah longsor.”
Jelaslah bahwa gempa-gempa yang terjadi pada masa-masa ini di beberapa tempat termasuk dalam kategori ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan Allâh untuk menakut-nakuti para hamba-Nya. Semua yang terjadi di alam ini, baik berupa gempa dan musibah lainnya, yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan adalah disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat. Ini sebagaimana firman Allâh subhânahu wa ta’âla:
Sebagaimana Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
Umar bin al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, setelah terjadi gempa di Madinah, menyampaikan khutbah dan nasihat. Beliau berkata, ‘Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengizinkan kalian tinggal di Madinah.”’ Sampai di sini perkataan Ibnul Qayyim rahimahullâh.
Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Jadi, saat terjadi gempa atau tanda-tanda kekuasaan Allâh lainnya, begitu pula gerhana, angin ribut, atau banjir, wajib segera bertaubat kepada Allâh 'azza wa jalla, merendahkan diri kepada-Nya, memohon afiyah kepada-Nya, dan memperbanyak dzikir dan istighfar. Ini sebagaimana sabda Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana:
Di antara faktor-faktor penyebab terhindar dari segala keburukan adalah pemerintah segera memegang kendali rakyat dan mengharuskan mereka agar berkomitmen menjalankan al-haq, menerapkan hukum Allâh 'azza wa jalla di tengah-tengah mereka, dan memerintah mereka untuk berbuat yang makruf serta melarang berbuat yang mungkar. Hal ini sebagaimana firman Allâh 'azza wa jalla:
Rasululâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Hanya kepada Allah, kita memohon agar memperbaiki kondisi seluruh kaum musimin, membuat mereka paham agama dan menganugerahi mereka kekuatan untuk beristiqamah, dan keinginan untuk segera bertaubat kepada Allah 'azza wa jalla dari semua perbuatan dosa. Semoga Allah memperbaiki kondisi seluruh penguasa kaum muslimin. Semoga Allah menolong al-haq dan menghinakan kebatilan melalui mereka, dan membimbing mereka untuk menerapkan syariat Allah pada para hamba-Nya. Dan semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum muslimin dari fitnah dan jebakan setan yang menyesatkan. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu.
Sumber: Majmu' Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah IX/148–152.
_________
Foot Note:
Sesungguhnya Allâh subhânahu wa ta'âla Mahabijaksana dan Mahatahu dalam semua yang Dia tetapkan dan takdirkan, sebagaimana Dia Mahabijaksana dan Mahatahu dalam semua yang Dia syariatkan dan perintahkan. Allâh menciptakan tanda-tanda apa saja yang Dia kehendaki, dan menakdirkannya dalam rangka membuat takut hamba-hamba-Nya, mengingatkan mereka akan hak-Nya yang wajib mereka penuhi, dan memperingatkan mereka agar tidak berbuat syirik, melanggar perintah-Nya dan melakukan yang dilarang. Ini sebagaimana firman-firman-Nya berikut ini.
{ وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا }Imam al-Bukhâri meriwayatkan di dalam kitab Shahîh-nya dari Jâbir bin Abdullâh radhiyallâhu ‘anhu dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Jabir berkata, “Tatkala turun firman Allâh 'azza wa jalla: 'Qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum', Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa, 'Aku berlindung dengan wajah-Mu.' Lalu ketika membaca 'Aw min tahti arjulikum', beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa, 'Aku berlindung dengan wajah-Mu.' ” [1]
“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” [Q.S. al-Isrâ':59]
{ سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ }
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” [Q.S. Fushshilat:53]
{ قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ }
”Katakanlah, (wahai Muhammad,) 'Dia (Allâh) Maha Berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan membuat sebagian kalian merasakan keganasan sebagian yang lain.” [Q.S. al-An’âm:65]
Diriwayatkan oleh Abu al-Syaikh al-Ashbahâni dari Mujâhid tentang tafsir ayat: “qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum”. Mujâhid berkata, “Yaitu, halilintar, hujan batu dan angin topan.” Sedangkan tentang ayat: “aw min tahti arjulikum”, Mujâhid berkata, “Gempa dan tanah longsor.”
Jelaslah bahwa gempa-gempa yang terjadi pada masa-masa ini di beberapa tempat termasuk dalam kategori ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan Allâh untuk menakut-nakuti para hamba-Nya. Semua yang terjadi di alam ini, baik berupa gempa dan musibah lainnya, yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan adalah disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat. Ini sebagaimana firman Allâh subhânahu wa ta’âla:
{ وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ }Tentang umat-umat terdahulu, Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
”Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Q.S. asy-Syûra:30]
Allâh subhânahu wa ta’âla juga berfirman,
{ مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ }
”Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allâh, dan bencana apapun yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” [Q.S. an-Nisâ:79]
{ فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ }Maka wajib bagi seluruh mukallaf dari kaum muslimin dan selain mereka untuk bertaubat kepada Allâh 'azza wa jalla, beristiqamah di atas agamanya, serta mewaspadai semua yang Dia larang, baik berupa perbuatan syirik maupun maksiat. Sehingga dengan begitu mereka selamat dari seluruh bahaya di dunia dan akhirat, serta Allâh menghindarkan mereka dari semua azab, dan menganugerahkan kepada mereka segala jenis kebaikan.
“Maka masing-masing (mereka itu), Kami siksa disebabkan dosanya. Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” [Q.S. al-Ankabût:40]
Sebagaimana Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman tentang Ahli Kitab,
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka.” [Q.S. al-A’râf:96]
{ وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ }Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (al-Qur’ân) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-nya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” [Q.S. al-Mâidah:66]
{ أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ }Al-Allâmah Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Pada sebagian waktu, Allâh subhânahu wa ta’âla memberikan izin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah, lalu bertaubat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allâh dan menyesal. Sebagaimana perkataan ulama Salaf setelah gempa terjadi, ‘Sesungguhnya Rabb kalian sedang menegur kalian.’
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” [Q.S al-A’râf:97–99]
Umar bin al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, setelah terjadi gempa di Madinah, menyampaikan khutbah dan nasihat. Beliau berkata, ‘Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengizinkan kalian tinggal di Madinah.”’ Sampai di sini perkataan Ibnul Qayyim rahimahullâh.
Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Jadi, saat terjadi gempa atau tanda-tanda kekuasaan Allâh lainnya, begitu pula gerhana, angin ribut, atau banjir, wajib segera bertaubat kepada Allâh 'azza wa jalla, merendahkan diri kepada-Nya, memohon afiyah kepada-Nya, dan memperbanyak dzikir dan istighfar. Ini sebagaimana sabda Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana:
(( فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ))Disunnahkan pula menyayangi fakir miskin dan bersedekah kepada mereka. Ini berdasarkan sabda-sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berikut:
“Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah berdzikir kepada Allâh, berdoa dan beristighfar kepada-Nya.”[2]
(( ارْحَمُوا تُرْحَمُوا ))Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullâh bahwa dia menulis surat kepada para gubernurnya saat terjadi gempa agar bersedekah.
“Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani.” [3]
(( الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ ))
“Orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Zat Yang Maha Penyayang. Kasihanilah yang di muka bumi, kalian pasti akan dikasihani oleh (Allah) yang di atas langit.” [4]>
(( مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ ))
“Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan disayang.”[5]
Di antara faktor-faktor penyebab terhindar dari segala keburukan adalah pemerintah segera memegang kendali rakyat dan mengharuskan mereka agar berkomitmen menjalankan al-haq, menerapkan hukum Allâh 'azza wa jalla di tengah-tengah mereka, dan memerintah mereka untuk berbuat yang makruf serta melarang berbuat yang mungkar. Hal ini sebagaimana firman Allâh 'azza wa jalla:
{ وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ }Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijakasana.” [Q.S. at-Taubah:71]
{ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (40) الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ }
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” [Q.S. al-Hajj:40–41]
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ }
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” [Q.S. ath-Thalâq:2–3]
Rasululâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ ))Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya.” [Muttafaq ‘Alaih] [6]
(( مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ))Hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak sekali.
“Barangsiapa yang menghilangkan dari seorang mukmin satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan menghilangkan dari dirinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya] [7]
Hanya kepada Allah, kita memohon agar memperbaiki kondisi seluruh kaum musimin, membuat mereka paham agama dan menganugerahi mereka kekuatan untuk beristiqamah, dan keinginan untuk segera bertaubat kepada Allah 'azza wa jalla dari semua perbuatan dosa. Semoga Allah memperbaiki kondisi seluruh penguasa kaum muslimin. Semoga Allah menolong al-haq dan menghinakan kebatilan melalui mereka, dan membimbing mereka untuk menerapkan syariat Allah pada para hamba-Nya. Dan semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum muslimin dari fitnah dan jebakan setan yang menyesatkan. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu.
Sumber: Majmu' Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah IX/148–152.
_________
Foot Note:
[1] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam Kitab Tafsir al-Qur’ân nomor 4262, dan Imam at-Tirmidzi nomor 2991.
[2] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri di dalam al-Jumu’ah nomor 999, dan Imam Muslim dalam al-Kusûf nomor 1518.
[3] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad al-Muktstsirîn nomor 6255.
[4] Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi di dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1847.
[5] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri di dalam al-Adab nomor 5538, dan Imam at-Tirmidzi di dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1834.
[6] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam al-Mazhâlim wa al-Ghasab nomor 2262, dan Muslim dalam al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab nomor 4677.
[7] Diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 4867, dan Imam at-Tirmidzi dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1853.
No comments:
Post a Comment