Do’a, Amalan yg Mewarnai Penentuan Takdir

Hampir dipastikan, kita semua tidak pernah bisa meraba bagaimana rupa takdir kita ke depan. Segala sesuatunya adalah misteri bagi kita. Acap kali kejadian dan semua peristiwa terjadi begitu saja tanpa bisa direkayasa. Terkadang kita juga tidak berkuasa dengan amalan kita sendiri. Kegagalan, kesuksesan, kaya, miskin, antara kehidupan dan kematian adalah mutlak milik Allah. Bahkan, di beberapa ayat diinformasikan, salah satunya dalam QS Ash-Shaaffat 96, bahwa kita dan semua amalan kita Allah-lah pembuat skenarionya, "Wallahu khalaqakum wa maa ta'maluun".

Meski pembuat skenario semuanya adalah Allah SWT, tapi hal yg tidak bisa dinapikan adalah bahwa ada amalan yg bisa menentukan arah keberpihakan takdir-Nya. Amalan itu adalah DO'A. Sebuah hadits, Laa yaruddul qadhaa-a illa biddu'a, tidak ada yg dapat menolak takdir kecuali doa. Jika kita menghendaki kegagalan beralih kepada kesuksesan, maka ubahlah di antaranya dengan doa. Kenapa? Karena Allah sangat mencintai hamba-Nya yg banyak minta kepada-Nya. Dalam hadits lain disebutkan, "Innallaaha yuhibul mulihhiina biddu'a," Karena Allah mencintai hamba-Nya, maka akan mudah bagi-Nya mengubah apa pun dari semua ciptaan-Nya. Cukup dengan mengatakan, "Jadilah!" Maka, "Terjadilah." (QS Yaasiin 82).

Ketahuilah, doa telah terbukti menjadi senjata yg cukup menentukan bagi orang-orang yg beriman. Sabda Nabi SAW, "ad-du'au silahul mu'miniin." Doa adalah senjata orang yg beriman. Di antara petikan sejarah yg mampir di telinga kita adalah cerita keajaiban senjata doa Ibrahim 'alaihis salam ketika dipanggang di api unggun raksasa. Saat itu Raja Namrudz memerintahkan punggawa kerajaan untuk mengumpulkan kayu bakar dan disulutkan api raksasa. Lalu Ibrahim diletakkan di atasnya.

Saat itu Ibrahim -seorang hamba pilihan-Nya yg memiliki sebuah keyakinan dan kepasrahan total kepada Sang Khalik- sudah tidak memiliki daya apa pun kecuali senjata doa. Tidak lama, Allah pun kemudian menghadirkan takdir lain dari api, yaitu dingin dan turut membantu menyelamatkan Ibrahim as. "Hai api, jadilah dingin dan selamatkan Ibrahim." (QS Al-Anbiyaa 69).

Kekuatan doa itu pula yg dibuktikan oleh Nabi Musa dan para pengikutnya ketika mereka terdesak di Laut Merah saat dikejar oleh pasukan Firaun. Hukum alam air yg tidak mungkin terbelah dan terpisah, ternyata kala itu tidak berfungsi. Bersamaan dengan doa, air membelah dirinya dan mempersilakan Musa dan pengikutnya lewat. Musa pun selamat, justru Firaun dan semua pasukannya terkubur di dasar Lautan Merah.

Allahu akbar, doa adalah sebuah kekuatan (the power). Bahkan, dalam doa berhimpun berbagai kekuatan untuk menghadirkan puncak harapan setiap hamba. "Jika hamba-Ku bertanya tentang Aku, sungguh Aku teramat dekat. Aku akan memenuhi permintaanmu jika kamu memohon (berdoa) dan beriman kepada-Ku" (QS al-Baqarah 186).

Wallahu a'lam.

Muhammad Arifin Ilham
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/06/04/118450-amalan-yg-mewarnai-penentuan-takdir


(Info dari Quran) Mereka yang dicintai Allah swt

1. Al Muttaqun, QS 3:76, 2:3-4, QS 9:7; mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezkinya, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (berorientasi akhirat).

2. Al Muhsinun, QS 2:195, 3:134; mereka yang selalu berbuat baik, dengan niat yang ikhlash, dengan cara yang benar (ittiba') dan bersegera dengannya.

3. At Tawabun, QS 2:222; mereka yang (selalu) bertaubat.

4. Al Mutathohirun, QS 2:222, QS 9:108; mereka yang (selalu) mensucikan diri, yang bersifat lahiriah seperti selalu menjaga wudhu, mandi, bersiwak dst.

5. Ash Shabirun, QS 3:146; mereka yang shabar.

6. Al Mutawakkilun, QS 3:159; mereka yang bertawakkal kepada Allah swt baik sebelum ataupun sesudah amal.

7. Al Muqsithun, QS 5:42; mereka yang berbuat adil (lawan dari zhalim).

8. Al Mujahidun, QS 5:54, 61:4, mereka yang berjihad (bersungguh-sungguh, berpayah-payah) di jalan Allah swt, mereka yang lemah lembut (rendah hati) kepada orang-orang mukmin (QS 26:215), tegas (keras) terhadap kaum kafir (QS 48:29, 66:9), dan tidak takut terhadap celaan para pencela.

Dari Buku AGAR DICINTAI ALLAH
Judul asli: Fii Zhilalil-mahabbah
Penulis: Abdul Hadi Hasan Wahbi
Penerbit: Robbani Press


DAFTAR ISI
  1. Kedudukan Cinta
  2. Tanda Cinta Allah pada Hamba-Nya - Perlindungan dari dunia, Pemeliharaan yang baik, Dikaruniai sifat lemah lembut, Diterima penduduk bumi, Mendapat cobaan, dan Wafat dalam keadaan melakukan amal shalih.
  3. Tanda Cinta Hamba kepada Allah - Menginginkan Pertemuan dengan Allah di Syurga; Merasa nikmat dalam berkhalwat, bermunajat kepada Allah dan membaca Al Quran; Sabar terhadap hal-hal yang tidak disukai, Mengutamakan Allah atas segala sesuatu, Mendahulukan apa yang dicintai Allah atas apa yang dicintainya baik lahir maupun batin, Selalu mengingat Allah, Cemburu karena Allah, Senang terhadap segala sesuatu yang menimpa dirinya dalam perjalanan menuju kekasihnya, Mencintai kalam Allah, Tobat dibarengi dengan khauf (cemas) dan raja' (harap), Menyesal jika lupa mengingat Allah, Lemah lembut kepada hamba Allah dan tegas kepada musuh-Nya.
  4. Amal-amal yang Mendatangkan Mahabbatullah (Cinta Allah) - Membaca Quran sambil mentadabburi dan memahami maknanya (Berinteraksi dengan Quran), Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah ibadah wajib; Selalu mengingat Allah di setiap saat, baik dengan lisan, hati, amal atau keadaan; Mengutamakan (itsar) kekasih di atas keinginan pribadi dan berusaha menggapai cinta-Nya sekalipun dihadang berbagai kesulitan; Menyaksikan berbagai kebaikan, karunia dan nikmat-Nya, baik zhahir maupun batin; Pengenalan dan penyaksian hati akan nama-nama dan sifat-sifat Allah, Remuk redam hati di hadapan Allah, Berkhalwat dengan-Nya pada saat nuzul ilahi (qiyamullail), Duduk-duduk dan bergaul dengan para pecinta Allah yang sejati, Menjauhi segala hal yang bisa menghalangi hati dari Allah; Mengikuti Nabi saw dalam perbuatan, ucapan dan akhlaknya; Zuhud terhadap dunia, Tidak tertipu oleh anggapan bahwa mengetahui apa yang telah disebutkan saja sudah cukup untuk mencapai tujuan.
  5. Bercinta karena Allah - Langkah mempertahankan cinta (menyatakan cinta, saling memberi hadiah, saling berkunjung, memberi harta, meninggalkan dosa), Buah cinta karena Allah (cinta Allah Ta'ala, kemuliaan dari Allah, mendapat naungan di bawah arsy Allah, hilangnya rasa sedih dan takut, kesempurnaan iman, merasakan kelezatan iman)
  6. Sifat-sifat yang Dicintai Allah
  7. Orang-orang yang Dicintai Allah - Dalil Quran tentang cinta Allah (lihat paling atas dari tulisan ini!), Dalil Sunnah tentang cinta Allah.
  8. Shalat para Pecinta - Keikhlasan, Kejujuran dan melaksanakan pesan, Mengikuti dan meneladani Nabi, Ihsan, Menyaksikan karunia Allah, Menyadari kekurangan.
  9. Buah Cinta - Rindu bertemu Allah, Nikmat dan bergembira, Menjadi penghibur ketika menghadapi musibah, Kelapangan dada, Hilangnya rasa gelisah, Memuji kekasihnya, Meraih cinta dan keridhaan Allah serta betah dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
  10. Beragam Untaian Mutiara tentang Cinta.


Dua Cara Jitu Bahagia di Dunia dan Selamat di Akhirat

Sekalipun dia seorang penjahat, dia tidak ingin anak keturunannya mewarisi perbuatannya. Itulah fitrah manusia, yang sesungguhnya senang kepada kebaikan

Oleh: Sholih Hasyim

TAHUN 2005, di bulan Ramadhan, alkisah, ada seorang pencuri kerudung di sebuah swalayan di kota Surabaya. Sang pencuri akhirnya tertangkap Satpam dan digebuki massa beramai-ramai. Namun betapa mengagetkan, tatkala dalam penjelasannya, ia mengatakan, terpaksa melakukan karena ingin melihat dua putrinya bahagian di saat Hari Raya Idul Fitri. Ia mengaku tak ingin menanggung malu jika pulang tanpa membelikan baju baru di bulan Suci itu.

***
Apapun profesi dan status sosial seseorang, mereka semua merindukan kehidupan yang berbahagia di dunia ini dan berlanjut pada kehidupan nanti. Kehidupan dengan keadaan dan sistem waktu lain yang pasti terjadi.

Sekalipun dia seorang penjahat, dia tidak ingin anak keturunannya mewarisi perbuatannya. Itu berarti fitrah manusia, senang kepada kebaikan yang dikenali hati (al-Ma’ruf) dan benci kepada kejahatan yang diingkari hati (al-Munkar). Ia berharap bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Karena dipaksa oleh keadaan tertentu, ia berbuat jahat. Itupun demi kebahagiaan orang-orang terdekatnya. Sekalipun ia merasa ada gugatan batin (nafsu lawwamah) atas perbuatannya.

Ada sebagian orang yang berpandangan, manusia hidup dunia ini akan berbahagia manakala semua kebutuhan jasmani dan rohaninya terpenuhi. Mulailah orang mendaftar kebutuhan-kebutuhan lahir dan batin tersebut. Kebutuhan jasmani : makan dan minum dengan kenyang, pakaian yang cukup, hidup enak, tidur nyenyak, tempat tinggal yang layak, kebutuhan seksual dan kesehatan. Kebutuhan rohani : kasih sayang, rasa aman, harga diri, kebebasan, keberhasilan, rasa ingin tahu terpuaskan.

Doa sapu jagat (memuat cakupan yang luas) yang sering menjadi doa banyak orang adalah mendambakan sukses di dunia dan akhirat.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah (2) : 201).

Doa diatas menghimpun segala kebaikan/kenikmatan dunia dan menjauhkan segala kerumitannya. Karena kebaikan itu mencakup segala permintaan di dunia, seperti kesehatan, rumah yang luas, kendaraan, istri shalihah, rezeki, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, perjalanan yang mudah, pujian dan reputasi yang baik.

Sedangkan kebaikan di akhirat, lebih tinggi dari itu. Misalnya, masuk surga beserta implikasinya berupa keselamatan dari ketakutan yang sangat hebat dan kemudahan hisab. Adapun keselamatan dari neraka menuntut kelancaran dari berbagai sarananya ketika di dunia ini, seperti menjauhi berbagai perkara yang diharamkan, dosa, perkara syahwat dan syubhat dan haram.

Al-Qasim Abu Abdurrahman berkata, Barangsiapa yang dianugerahi hati yang selalu bersyukur (qalban syakiran), lisan yang senantiasa menyebut nama Allah SWT (lisanan dzakiran) , dan diri yang sabar (nafsan shabiran), berarti ia diberi kebaikan dunia dan akhirat serta dipelihara dari neraka. Oleh karena itu, terdapat sunnah yang mendorong pengamalan doa diatas.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas, Sesungguhnya Rasulullah saw menengok seorang muslim yang telah menjadi seperti anak burung karena kemahnya. Rasulullah saw berkata kepadanya, “Apakah kamu memohon sesuatu kepada Allah atau meminta sesuatu kepada-Nya ? Orang itu menjawab, Ya, Aku berdoa, Ya Allah, perkara yang akan Engkau siksakan kepadaku di akhirat itu timpakanlah kepadaku di dunia. Maka Rasulullah saw bersabda, Mahasuci Allah. Engkau tak kuat menerimanya. Mengapa kamu tidak berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka ?. Anas berkata, Kemudian dia mengucapkannya, dan Allah menyembuhkannya.” (HR. Muslim).

Demikian pentingnya kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat, dalam posisi bagaimanapun, status sosial apapun, seseorang dalam kehidupannya berusaha semaksimal mungkin, pantang menyerah dan tidak kenal lelah menciptakan kondisi yang mendukung terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Persoalannya, pernahkah manusia dalam kehidupannya merasakan keadaan yang bisa memenuhi kebutuhannya secara utuh, terus-menerus dan permanen ?. Jawabannya : jelas tidak mungkin. Kondisi di dunia ini fluktuatif dan dinamis, selalu berubah-ubah. Peristiwa demi peristiwa datang silih berganti. Kehidupan ini selalu dipergilirkan dan dipergulirkan oleh yang memberi karunia kehidupan. Kata orang, dunia ini selalu berputar bagaikan roda pedati.

Seseorang yang menghendaki sukses yang membahagiakan, dan bisa mempertahankannya, bukan menciptakan kondisi eksternal di luar dirinya, tetapi yang terpenting adalah menciptakan kondisi rohaninya yang membuatnya selalu sukses dan bahagia dalam kondisi yang bagaimanapun. Ternyata, kebahagiaan itu bukan berbentuk barang yang dicari di tempat tertentu. Tetapi, ketentraman itu bersumber dari internal dirinya. Dengan meyakini dan mengamalkan ajaran Islam, dapat menciptakan rohani yang diperlukan agar memiliki spirit yang sama dalam menghadapi pasang surut kehidupan. Diantaranya Istighfar (memohon kepada Allah SWT agar semakin hari ditutupi kelemahan dan kekurangan dirinya) dan Taubat (kembali kepada jalan-Nya).

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling (tidak beristighfar dan bertaubat), maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud (11) : 3).

-Istighfar
Cara lain mencari selama adalah istighfar. Istighfar artinya memohon kepada Allah SWT agar kelemahan dan sisi gelap serta bau tidak sedap kita ditutupi oleh-Nya. Anjuran memperbanyak beristighfar sesungguhnya mengajarkan kepada kita agar setiap saat terjadi peningkatan kualitas diri kita. Baik dari sisi mental spiritual, material dan ilmu pengetahuan. Istighfar tidak sekedar diucapkan di mulut, tetapi terhunjam di hati dan diikuti dengan amal kebaikan yang bisa menghapus kesalahan. Dengan memperbanyak kalimat istighfar mendidik kita untuk selalu meluruskan dan memurnikan niat dan amal kita.

Dalam Al-Quran sering disebut kalimat istighfar, terkadang dalam redaksi perintah.

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


"Dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil
(73) : 20).

Dan sekali waktu dalam bentuk pujian kepada orang yang minta ampun.

“dan yang memohon ampun di waktu sahur [saat sebelum fajar menyingsing mendekati subuh] (QS. Ali Imran
(3) : 17).

وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa (110).

Banyak sekali kalimat istighfar digandeng dengan taubat, berarti istighfar disini ungkapan untuk memohon ampun dengan lisan dan taubat, ungkapan dari berlepas diri dari dosa dengan hati dan anggota tubuh. Hukum istighfar seperti hukum berdoa. Jika Ia menghendaki Ia Mengabulkannya dan mengampuni pelakunya terutama jika keluar dari hati yang tulus mengakui dosa, atau dilakukan pada saat mustajab (terkabul), seperti waktu sahur, selesai shalat fardhu. Dan istighfar yang terbaik adalah dimulai dengan memuji-Nya mengakui segala dosa kemudian memohon ampun kepada-Nya.

“Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw bahwa ia bersabda : Demi Allah sesungguhnya aku sungguh mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya sebanyak 70 kali lebih dalam sehari.”
(HR. Bukhari & Muslim).

Apabila seorang hamba berharap dengan menghadirkan hati, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya dan menyempurnakan syarat-syaratnya dan menghilangkan penghalangnya, sekalipun tumpukan dosanya sepenuh langit, maka Dia akan mengampuninya.

Al-Hasan berkata : Perbanyaklah istighfar di rumah-rumahmu, dan diatas meja makanmu, dan dijalanmu, di pasarmu dan di majlismu serta dimanapun kamu berada, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan turunnya ampunan.

Imam Qotadah mengatakan : Sesungguhnya Al-Quran ini menunjukkan kepadamu atas penyakitmu dan obatmu, adapun penyakitmu adalah dosa-dosa yang kamu lakukan dan obatmu adalah istighfar.

-Taubat
Taubat dari dosa dengan kembali kepada Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib Dan Maha Pengampun segala dosa adalah titik tolak para penempuh jalan menuju Allah SWT, modal orang-orang yang sukses, tapak tilas orang yang menghendaki keridhaan-Nya, dan kunci istiqomah bagi orang-orang yang menyimpang, dan tempat berpijak manusia-manusia bersih dan makhluk pilihan dan orang-orang yang dekat dengan-Nya.

Taubat adalah permulaan dan akhir perjalanan menuju-Nya.

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nur (24) : 31).

Ayat diatas turun di Madinah, diserukan oleh Allah SWT kepada ahlul iman dan manusia pilihan-Nya untuk bertaubat setelah keimanan, kesabaran, hijrah dan jihad mereka. Dia menggandeng kata taubat dengan al-falah (kesuksesan di akhirat) dan menggunakan kata “la’alla”, ini berarti mengandung pelajaran yang berharga, jika kamu bertaubat maka kamu akan memiliki harapan untuk berhasil. Tidak mengharapkan keberhasilan melainkan orang-orang yang bertaubat.

Orang yang menyadari kekurangan dirinya dan menyesalinya menunggu turunnya rahmat dan orang yang bangga dengan amal shalihnya mendatangkan kemurkaan Allah SWT, meminjam kata bijak.Taubat adalah kembali ke jalan kebenaran dan berlepas diri dari pengaruh orang-orang yang tersesat dan dimurkai.

Jika dosa berhubungan dengan Allah SWT maka syarat diterimanya adalah berlepas diri darinya, menyesalinya dan bertekat untuk tidak mengulanginya. Adapun jika dosa menyangkut dengan orang lain maka ia harus memperbaiki hubungan yang telah rusak dan minta maaf dan mohon keridhaan dari kesalahan yang di perbuat kepadanya.

“Barangsiapa yang berbuat zhalim kepada saudaranya, baik berupa harta ataupun kehormatan (harga diri) maka hendaklah dihalalkan pada hari itu sebelum masa dimana (tidak diperhitungkan) dinar dan dirham kecuali kebaikan dan keburukan.” (HR. Bukhari).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim (66) : 8). [Kudus, 14 Januari 2010/www.hidayatullah.com]

Penulis adalah kolumnis www.hidayatullah.com


Sombong

Tidak akan masuk syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit kesombongan..!

Sifat angkuh atau sombong telah banyak membinasakan makhluk Allah  ta'ala. Bermula dari peristiwa pengusiran Iblis dari syurga kerana sikap sombong Iblis yang enggan dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam a.s. Iblis "merasa lebih baik" dibanding Adam, karena ia telah Allah ciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan Allah (hanya) dari tanah.

Demikian juga Allah subhanahu wa ta'ala telah menenggelamkan Qarun beserta seluruh hartanya ke dalam perut bumi disebabkan kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wa ta'ala dan juga kepada kaumnya sendiri. Dengan ke"aku"annya, Qarun menganggap bahwa semua harta yang dia peroleh adalah murni hasil jerih payahnya!

Allah ta'ala juga telah menenggelamkan Fir'aun dan bala tenteranya ke dalam laut kerana kesombongannya terhadap Allah (menolak dakwah Musa a.s.) dan kepada kaumnya. Karena ke"aku"annya juga, Fir'aun menjadi lupa diri sehingga dia menyatakan dirinya sebagai "tuhan" yang mesti disembah dan diagungkan oleh kaumnya.

Kehancuran kaum Nabi Luth a.s. juga karena kesombongan mereka yang menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Luth a.s. kepada mereka. Luth a.s. mengajak kaumnya untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka yang melakukan penyimpangan seksual yakni memilih pasangan hidup sesama jenis (homoseks). Dan karena kesombongannya itu, Allah ta'ala membalikkan bumi tempat mereka tinggal sehingga tak seorang pun dari mereka yang dapat menyelamatkan diri dari azab Allah yang datangnya secara tiba-tiba.

Demikian sebagian kisah yang Allah ta'ala khabarkan dalam Al Quran tentang mereka yang telah berlaku sombong.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, telah menjelaskan tentang bahaya dari sifat sombong dan angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas'ud r.a., dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Tidak masuk syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit sifat sombong”, kemudian seseorang berkata: "(Ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya bagus dan kasutnya bagus", Beliau bersabda: "Sesunguhnya Allah itu indah dan Dia menyukai keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain" (HR Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah memberi komentar tentang hadits ini, "Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong iaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran". (Syarah Shahih Muslim 2/269).

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak layak mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong dari menerima kebenaran dari orang lain". (Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/275)

Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata, "Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling dahsyat adalah sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.” (Umdatul Qari` 22/140).

Nash-nash Ilahiyyah banyak sekali mencela orang yang sombong dan angkuh, baik yang terdapat dalam Al Quran maupun dalam As-Sunnah.


Orang yang sombong telah mengabaikan perintah Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, artinya: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Luqman 18)
Ibnu Abbas r.a., ketika menjelaskan makna firman Allah subhanahu wa ta'ala: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia” berkata: "Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan mukamu ketika mereka berbicara kepadamu." (Tafsir At-Thabari 21/74)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan Firman Allah subhanahu wa ta'ala, ”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”, maksudnya: ”Janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat sesuka hati, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu". (Tafsir Ibnu Katsir 3/417)


Orang yang sombong menjadi penghuni Neraka
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, mafhumnya: "(Setelah itu) dikatakan (kepada mereka): 'Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya' Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri." (QS Az-Zumar 72)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan masuk syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit kesombongan" (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Mahukah aku beritahu kepada kamu tentang penghuni syurga? Para sahabat menjawab: tentu (wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: "(Penghuni syurga adalah) orang-orang yang lemah lagi direndahkan oleh orang lain, kalau dia bersumpah (berdo'a) kepada Allah niscaya Allah kabulkan do'anya, Mahukah aku beritahu kepada kamu tentang penghuni neraka? Para sahabat menjawab: tentu (wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: "(Penghuni neraka adalah) orang-orang yang keras kepala, berbuat sesuka hati (kasar), lagi sombong". (HR Bukhari & Muslim)

Orang yang sombong, hatinya terkunci dan tertutup
"..Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (QS Ghafir 35)
Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata, "Sebagaimana Allah mengunci mati hati orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah maka demikian juga halnya Allah juga mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat sewenang-wenangnya, yang demikian itu karena hati merupakan sumber pangkal kesombongan, sedangkan anggota tubuh hanya tunduk dan patuh mengikuti hati". (Fathul Qodir 4/492).


Kesombongan membawa kepada kehinaan di dunia dan akhirat

Orang yang sombong akan mendapat kehinaan di dunia ini berupa kejahilan, sebagai balasan dari perbuatannya. Perhatikanlah firman Allah subhanahu wa ta'ala, artinya: "Aku akan memalingkan (hati) orang-orang yang sombong di muka bumi dengan tiada alasan yang benar dari (memahami) ayat-ayatKu (yang menunjukkan kekuasaanKu)” (QS Al-'Araf 146)

Maksudnya, iaitu, Aku (Allah) halangi mereka dari memahami hujah-hujah dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang keagungan-Ku, syari'at-Ku, hukum-hukum-Ku pada hati orang-orang yang sombong untuk ta'at kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alasan yang benar, sebagaimana mereka sombong tanpa alasan yang benar, maka Allah hinakan mereka dengan kebodohan (kejahilan). (Tafsir Ibnu Katsir 2/228)

Kebodohan adalah sumber segala malapetaka, sehingga Allah sangat mencela orang-orang yang jahil dan orang-orang yang selesa dengan kejahilannya, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, artinya: "Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk yang melata, pada sisi (hukum dan ketetapan) Allah, ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mahu memahami sesuatu pun (dengan akal fikirannya).” (QS Al-Anfal 22)

Allah subhanahu wa ta'ala menghina orang-orang yang tidak mahu menerima kebenaran dan tidak mahu mengatakan yang haq, sehingga orang tersebut tidak memahami ayat-ayat-Nya yang pada akhirnya menyebabkan dia menjadi seorang yang jahil dan tidak mengerti apa-apa; dan kejahilan itulah bentuk kehinaan bagi orang-orang yang sombong.

Dan orang yang sombong di akhirat dihinakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan mengecilkan saiz tubuh mereka sekecil semut dan kehinaan datang kepada mereka dari segenap penjuru, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dalam hadits berikut:

"Orang-orang yang sombong akan dihimpunkan pada hari kiamat seperti dalam bentuk semut-semut kecil dengan rupa manusia, dari segala tempat datang kehinaan kepada mereka, mereka digiring ke penjara neraka jahannam yang di sebut Bulas, di bahagian atasnya api yang menyala-nyala dan mereka diberi minuman dari kotoran penghuni neraka". (HR Tirmizi & Ahmad, dihasankan oleh Syeikh Al-Albani dalam Al-Misykat)

Semoga dengan merenungi nash-nash Ilahiyyah diatas, rahmat Allah akan sentiasa bersama kita dan menjauhkan kita dari sifat angkuh dan sombong. [Abu Abdillah Dzahabi]

Tulisan ini disadur dari Majalah Al-Furqon Edisi 5 Tahun V/Zulhijjah 1426/Januari 2006



Baca juga!


[tuning]


“Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.”
(HR Muslim 4773)


Wallahu'alamu...
...astaghfirullah ..astaghfirullah ..astaghfirullah!

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".” (QS Al-Kahfi 29)
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS Al-’Ankabut 69)