Hikmah Dibalik Musibah

(…bagi mereka yang beriman)

1. Terhapusnya dosa & kesalahan.
Nabi saw bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.: Tidak ada penyakit, kesedihan & bahaya yang menimpa seorang Mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu. (HR Bukhari & Muslim)

Dalam hadis lain Nabi saw bersabda: Cobaan senantiasa akan menimpa seorang Mukmin & Mukminah—baik menimpa dirinya, anaknya maupun hartanya—hingga ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa. (HR Tirmidzi)

2. Memperoleh pahala & keridhaan Allah.
Anas ra. meriwayatkan sebuah hadis secara marfû’, “Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Siapa saja yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah…

3. Mendorong untuk ber-taqarrub & banyak beribadah kepada Allah SWT.
Betapa banyak Muslim yang setelah ditimpa musibah ataupun bencana terdorong untuk ber-taqarrub kepada Allah & berdoa/beribadah kepada-Nya, yang semua itu tak pernah ia lakukan sebelum tertimpa musibah. (QS 41: 51)

4. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya. (HR Bukhari)

Selain itu, orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah akan mendapatkan shalawat & rahmat dari Allah SWT (QS 33:155-157; diberi pahala tanpa batas; akan selalu bersama Allah (QS 2:153), & Allah mencintainya (QS 3:146).

Lebih dari sekadar keharusan untuk bersabar, dalam menghadapi musibah ini selayaknya setiap Muslim hendaknya:

1. Iman & ridha terhadap ketentuan (takdir) Allah.
Allah SWT berfirman: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi & pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Q57:22).

2. Memperbanyak berdoa & berzikir kepada Allah SWT.
Rasulullah saw. mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah: Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah yang menimpaku ini, & berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya. (HR Ahmad)

Selain berdoa, berzikir akan dapat menenteramkan hati. (Q13:28)

3. Tetap berikhtiar.
Mengimani takdir bukan berarti tidak berikhtiar. Saat terjadi wabah penyakit di Syam, Umar bin al-Khaththab segera berupaya keluar dari negeri tersebut. Ketika ditanya, ”Apakah kamu hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab, ”Ya, aku lari dari takdir Allah untuk menuju takdir-Nya yang lain.

Rasulullah saw. pun memberikan petunjuk bahwa segala bahaya (madarat) wajib untuk dihilangkan. Misalnya logistik, tempat tinggal, masjid & sekolah yang hancur harus diupayakan kembali keberadaannya. Dalam hal ini, tanggung jawab Pemerintah sangatlah besar.

4. Bertobat.
Adakalanya musibah yang menimpa adalah akibat dari dosa yang diperbuat manusia (QS 42:30). Karena itu, sudah seharusnya seseorang yang terkena musibah segera bertobat kepada Allah SWT dengan taubat yang sebenar-benarnya. Nabi saw. bersabda: Setiap anak Adam adalah pendosa. Sebaik-baik pendosa adalah orang yang suka bertaubat (HR Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad & Darimi).

5. Tetap Istiqamah dalam Islam.
Dalam setiap musibah, selalu ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk tujuan jahat. Misalnya kristenisasi. Caranya adalah dengan memberikan bantuan logistik, medis, uang, rumah & sebagainya. Semua itu tidaklah diberikan dengan tulus, melainkan ada maksud keji di baliknya. Ujung-ujungnya, orang-orang kafir itu ingin sekali memurtadkan orang Islam. Di sinilah seorang Muslim dituntut untuk bersikap istiqamah. (QS 11:112)

Mewaspadai Datangnya Musibah Lain
Nabi saw., sebagaimana penuturan Ibn Umar ra., pernah mewanti-wanti kita terkait dengan kemungkinan datangnya sejumlah musibah/bencana (lain) yang menghampiri kita. Beliau bersabda:

Ada lima perkara (yang harus kalian waspadai) aku berlindung kepada Allah, jangan sampai hal itu menimpa kalian:

1. Tidaklah kekejian (perzinaan) muncul pada suatu kaum & mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali akan muncul berbagai wabah & berbagai penyakit yang belum pernah terjadi pada orang-orang sebelum mereka. (Penyakit AIDS???)
2. Tidaklah suatu kaum berbuat curang dalam hal timbangan & takaran (jual-beli), melainkan mereka akan diazab dengan paceklik, kesusahan hidup & kezaliman penguasa.
3. Tidaklah suatu kaum enggan membayar zakat, melainkan mereka akan dicegah dari turunnya hujan dari langit; jika bukan karena binatang ternak, niscaya hujan itu tidak akan diturunkan.

4. Tidaklah para pemimpin mereka melanggar penjanjian Allah & Rasul-Nya, kecuali Alah akan menjadikan musuh menguasai mereka, lalu merampas sebagian yang ada dari apa yang ada di tangan mereka.

5. Tidaklah mereka meninggalkan Kitabullah & Sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan perselisihan di antara mereka.
(HR Ibnu Majah)

BULETIN AL-ISLAM, Edisi 475/Tahun XVI


Nasihat Menghadapi MUSIBAH

Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullâh bin Bâz

Sesung­guh­nya Allâh subhânahu wa ta'âla Mahabijak­sana dan Mahatahu dalam semua yang Dia tetapkan dan takdirkan, seba­gaimana Dia Mahabijak­sana dan Mahatahu dalam semua yang Dia syariatkan dan perin­tahkan. Allâh men­cip­takan tanda-tanda apa saja yang Dia kehen­daki, dan menakdirkan­nya dalam rangka membuat takut ham­ba-hamba-Nya, meng­ingatkan mereka akan hak-Nya yang wajib mereka penuhi, dan memperingatkan mereka agar tidak ber­buat syirik, melang­gar per­in­tah-Nya dan melakukan yang dilarang. Ini seba­gaimana firman-firman-Nya berikut ini.
{ وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا }

Dan tidaklah Kami mem­beri tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” [Q.S. al-Isrâ':59]

{ سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ }

Kami akan mem­per­lihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sen­diri sehingga jelas­lah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesung­guh­nya Dia menyak­sikan segala sesuatu.” [Q.S. Fushshilat:53]

{ قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ }

Katakanlah, (wahai Muham­mad,) 'Dia (Allâh) Maha Ber­kuasa untuk meng­irimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia men­cam­purkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling ber­ten­tangan), dan membuat sebagian kalian merasakan keganasan sebagian yang lain.” [Q.S. al-An’âm:65]
Imam al-Bukhâri meriwayatkan di dalam kitab Shahîh-nya dari Jâbir bin Abdullâh radhiyallâhu ‘anhu dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Jabir berkata, “Tatkala turun firman Allâh 'azza wa jalla: 'Qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum', Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa, 'Aku berlindung dengan wajah-Mu.' Lalu ketika membaca 'Aw min tahti arjulikum', beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa, 'Aku ber­lin­dung dengan wajah-Mu.' ” [1]

Diriwayatkan oleh Abu al-Syaikh al-Ashbahâni dari Mujâhid tentang tafsir ayat: “qul huwa al-qâdiru ‘alâ an yab‘atsa ‘alaikum ‘adzâban min fawqikum”. Mujâhid berkata, “Yaitu, halilintar, hujan batu dan angin topan.” Sedangkan tentang ayat: “aw min tahti arjulikum”, Mujâhid berkata, “Gempa dan tanah longsor.”

Jelas­lah bahwa gempa-gempa yang ter­jadi pada masa-masa ini di beberapa tem­pat ter­masuk dalam kategori ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan Allâh untuk menakut-nakuti para ham­ba-Nya. Semua yang ter­jadi di alam ini, baik ber­upa gempa dan musibah lainnya, yang menim­bulkan bahaya bagi para hamba serta menim­bulkan ber­ba­gai macam pen­deritaan adalah disebabkan oleh per­buatan syirik dan mak­siat. Ini seba­gaimana firman Allâh subhânahu wa ta’âla:
{ وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ }

Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh per­buatan tangan kalian sen­diri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Q.S. asy-Syûra:30]

Allâh subhânahu wa ta’âla juga berfirman,

{ مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ }

Nik­mat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allâh, dan ben­cana apapun yang menim­pamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sen­diri.” [Q.S. an-Nisâ:79]
Ten­tang umat-umat ter­dahulu, Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ }

Maka masing-masing (mereka itu), Kami siksa disebabkan dosanya. Maka di antara mereka ada yang Kami tim­pakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di an­tara mereka ada yang ditimpa suara keras yang meng­gun­tur (halilin­tar), dan di an­tara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami teng­gelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hen­dak meng­aniaya mereka, akan tetapi merekalah yang meng­aniaya diri mereka sen­diri.” [Q.S. al-Ankabût:40]
Maka wajib bagi seluruh mukallaf dari kaum mus­limin dan selain­ mereka untuk ber­taubat kepada Allâh 'azza wa jalla, beristiqamah di atas agamanya, serta mewas­padai semua yang Dia larang, baik ber­upa per­buatan syirik maupun mak­siat. Sehingga dengan begitu mereka selamat dari seluruh bahaya di dunia dan akhirat, serta Allâh menghindarkan mereka dari semua azab, dan meng­anugerahkan kepada mereka segala jenis kebaikan.

Seba­gaimana Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

Sekiranya pen­duduk negeri-negeri ber­iman dan ber­takwa, pas­tilah Kami akan melim­pahkan kepada mereka ber­kah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka men­dus­takan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan per­buatan­ mereka.” [Q.S. al-A’râf:96]
Allâh subhânahu wa ta’âla ber­firman ten­tang Ahli Kitab,
{ وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ }

Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh men­jalankan (hukum) Taurat, Injil dan (al-Qur’ân) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-nya, niscaya mereka akan men­dapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” [Q.S. al-Mâidah:66]
Allâh subhânahu wa ta’âla berfirman,
{ أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ }

Maka apakah pen­duduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan sik­saan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah pen­duduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan sik­saan Kami kepada mereka di waktu matahari sepeng­galan naik ketika mereka sedang ber­main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” [Q.S al-A’râf:97–99]
Al-Allâmah Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Pada sebagian waktu, Allâh subhânahu wa ta’âla mem­berikan izin kepada bumi untuk ber­nafas, lalu ter­jadilah gempa yang dahsyat. Dari per­is­tiwa itu, tim­bul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah, lalu bertaubat dan ber­henti dari per­buatan mak­siat, tun­duk kepada Allâh dan menyesal. Seba­gaimana per­kataan ulama Salaf setelah gempa terjadi, ‘Sesung­guh­nya Rabb kalian sedang men­egur kalian.’

Umar bin al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, setelah terjadi gempa di Madinah, menyam­paikan khutbah dan nasihat. Beliau berkata, ‘Jika ter­jadi gempa lagi, saya tidak akan meng­izinkan kalian ting­gal di Madinah.”’ Sampai di sini per­kataan Ibnul Qayyim rahimahullâh.

Atsar-atsar dari Salaf ten­tang hal ini sangat banyak. Jadi, saat ter­jadi gempa atau tanda-tanda kekuasaan Allâh lainnya, begitu pula ger­hana, angin ribut, atau ban­jir, wajib segera ber­taubat kepada Allâh 'azza wa jalla, meren­dahkan diri kepada-Nya, memohon afiyah kepada-Nya, dan mem­per­banyak dzikir dan istighfar. Ini seba­gaimana sabda Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika ter­jadi gerhana:
(( فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ))

Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah ber­dzikir kepada Allâh, berdoa dan ber­is­tighfar kepada-Nya.[2]
Disun­nahkan pula menyayangi fakir mis­kin dan ber­sedekah kepada mereka. Ini ber­dasarkan sabda-sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berikut:
(( ارْحَمُوا تُرْحَمُوا ))

Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani.” [3]

(( الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ ))

Orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Zat Yang Maha Penyayang. Kasihanilah yang di muka bumi, kalian pasti akan dikasihani oleh (Allah) yang di atas langit.[4]>

(( مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ ))

Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan disayang.[5]
Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullâh bahwa dia menulis surat kepada para gubernurnya saat ter­jadi gempa agar bersedekah.

Di an­tara faktor-fak­tor penyebab ter­hindar dari segala keburukan adalah pemerin­tah segera memegang ken­dali rakyat dan meng­haruskan mereka agar berkomitmen menjalankan al-haq, menerapkan hukum Allâh 'azza wa jalla di tengah-tengah mereka, dan memerin­tah mereka untuk berbuat yang makruf serta melarang berbuat yang mung­kar. Hal ini seba­gaimana firman Allâh 'azza wa jalla:
{ وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ }

Dan orang-orang yang ber­iman, lelaki dan per­em­puan, sebagian mereka (adalah) men­jadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (meng­er­jakan) yang makruf, men­cegah dari yang mun­gkar, men­dirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul­-Nya. Mereka itu akan diberi rah­mat oleh Allah. Sesung­guh­nya Allah Mahaper­kasa lagi Mahabijakasana.” [Q.S. at-Taubah:71]

{ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (40) الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ }

Sesung­guh­nya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesung­guh­nya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaper­kasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka men­dirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh ber­buat yang makruf dan men­cegah dari per­buatan yang mung­kar; dan kepada Allah-lah kem­bali segala urusan.” [Q.S. al-Hajj:40–41]

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ }

Barang­siapa yang ber­takwa kepada Allah, niscaya Dia akan meng­adakan baginya jalan keluar. Dan mem­berinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang­siapa yang ber­tawak­kal kepada Allah, niscaya Allah akan men­cukupkan (keperluan)nya.” [Q.S. ath-Thalâq:2–3]
Ayat-ayat ten­tang hal ini sangat banyak.

Rasululâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ ))

Barang­siapa menolong saudaranya, maka Allah akan menolong­nya.” [Mut­tafaq ‘Alaih] [6]
Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ))

Barang­siapa yang menghilangkan dari seorang muk­min satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan menghilangkan dari dirinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barang­siapa mem­berikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barang­siapa yang menutup aib seorang mus­lim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” [Diriwayatkan oleh Imam Mus­lim dalam Shahih-nya] [7]
Hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak sekali.

Hanya kepada Allah, kita memohon agar mem­per­baiki kon­disi seluruh kaum musimin, membuat mereka paham agama dan meng­anugerahi mereka kekuatan untuk beristiqamah, dan keinginan untuk segera ber­taubat kepada Allah 'azza wa jalla dari semua per­buatan dosa. Semoga Allah memper­baiki kon­disi seluruh penguasa kaum mus­limin. Semoga Allah menolong al-haq dan meng­hinakan kebatilan melalui mereka, dan mem­bim­bing mereka untuk menerapkan syariat Allah pada para hamba-Nya. Dan semoga Allah melin­dungi mereka dan seluruh kaum mus­limin dari fit­nah dan jebakan setan yang menyesatkan. Sesung­guh­nya Allah Maha Ber­kuasa untuk hal itu.


Sumber: Majmu' Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah IX/148–152.

_________


Foot Note:
[1] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam Kitab Tafsir al-Qur’ân nomor 4262, dan Imam at-Tir­midzi nomor 2991.
[2] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri di dalam al-Jumu’ah nomor 999, dan Imam Mus­lim dalam al-Kusûf nomor 1518.
[3] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad al-Muktstsirîn nomor 6255.
[4] Diriwayatkan oleh Imam at-Tir­midzi di dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1847.
[5] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri di dalam al-Adab nomor 5538, dan Imam at-Tir­midzi di dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1834.
[6] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam al-Mazhâlim wa al-Ghasab nomor 2262, dan Mus­lim dalam al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab nomor 4677.
[7] Diriwayatkan oleh Imam Mus­lim nomor 4867, dan Imam at-Tir­midzi dalam al-Birr wa ash-Shilah nomor 1853.


Tsunami Aceh... Bukan Sekedar Mukjizat

(Allah swt Maha Berkehendak...)
Ada pesan Allah swt dibalik musibah Tsunami Aceh 26 Desember 2004 lalu?!


Foto-foto: Dari berbagai sumber (thank's).
Download semua gambar...












Baca-baca:

Wallahu'alam... it's up to you!


Kota Meulaboh sebelum dan sesudah serangan terorist eh.. Tsunami...




Foto Satelit pada detik-detik terjadinya gelombang Tsunami di Aceh...
Satelit yang ada di atas Aceh pada saat itu adalah suatu kebetulan?




Simbol triple-six 666, One-Eye & Laut Terbelah ada di Museum Tsunami Aceh.
*Makna dari simbol 666, One-Eye (Mata Satu) & Belitan Ular, ...silahkan cari sendiri!






Simbol Yahudi ada di Hotel Hermes Palace Banda Aceh...



Kalibrasi Arah Kiblat dengan Google Earth

Dengan menarik garis (Google Earth: Tools|Ruler) dari posisi Kabah ke arah masjid yang kita kehendaki.
  • Gambar 4. Masjid At-Taqwa yang berada di kawasan GMFAA, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tersebut arah kiblatnya melenceng dan alhamdulillah telah dikoreksi oleh Pengurus Masjid setempat walaupun bukan dengan menggunakan Google Earth.
  • Gambar 5. Arah kiblat Masjid Umamah di daerah Medang Lestari, Tangerang bisa dianggap telah sesuai.
  • Gambar 6. Arah kiblat Masjid Al Azhom Tangerang telah 'sesuai'.

Klik di gambar untuk memperbesar!

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5

Gambar 6.


Hikmah di balik pengkoreksian arah kiblat:
  1. Bahwa ilmu dan kebenaran harus terus dicari, digali dan diperjuangkan. Baca hadits tentang kewajiban menuntut ilmu bagi seorang muslim!
  2. Kebenaran tidaklah cukup dengan apa yang telah kita dapatkan atau peroleh sekarang, karena saya yakin bahwa di dalam Al Quran dan Al Hadits shahih terdapat begitu banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Sudah berapa banyak ayat Quran dan Hadits shahih yang telah saya (Anda) hafal dan pelajari? dst...
  3. Teruslah menggali KEMURNIAN AL ISLAM!!!

Baca juga:
MUI Tak Sarankan Ubah Arah Masjid

Coba ini:
Cek Arah Kiblat Masjid di Sekitar Anda!


[tuning]


“Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.”
(HR Muslim 4773)


Wallahu'alamu...
...astaghfirullah ..astaghfirullah ..astaghfirullah!

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".” (QS Al-Kahfi 29)
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS Al-’Ankabut 69)